Intervensi dan
Prinsip Pekerjaan Sosial Dalam Masalah Lansia Masa tua merupakan sebuah masa yang
harus dilalui oleh setiap orang. Dalam
masa tersebut terdapat hal-hal dan situasi khusus sebagaimana ditunjukkan oleh
Turner dan Helms (1988: 224) bahwa masa tua merupakan masa kritis dari penelitian
diri, yakni waktu dimana seseorang mencoba mengevaluasi tentang kesuksesan dan
kegagalan, waktu lampau dan sekarang serta berhadapan dengan persiapan untuk hari
depan.
Masalah yang
bisa dihadapi oleh para lansia dimungkinkan karena mereka sekaligus terjadi
kehilangan ganda, yaitu kehilangan peran, hambatan kontak sosial dan berkurangnya
komitmen (Cumming dan Henry dalam Hardywinoto & Setiabudi, 1999: 45). Dalam kaitan ini pekerjaan sosial sebagai salah
satu profesi pertolongan berupaya membantu klien untuk menghadapi, mengatasi
dan memecahkan berbagai hal, seperti memecahkan masalahnya, mengurangi kecemasan
dan ketegangannya, dan sebagainya. Merujuk kepada istilah yang digunakan oleh Siporin dan
Morales, maka yang dimaksud dengan intervensi pekerjaan sosial sebagai profesi
adalah mengacu pada keterlibatan pekerja sosial dalam permasalahan klien.
Adapun keterlibatan pekerja sosial tersebut didasarkan ijin dan kewenangan
klien (terjadi kontrak pertolongan). Ada
pun unsur utama dalam intervensi pekerjaan sosial adalah: (1) kegiatan
profesional; (2) klien (individu, kelompok, dan masyarakat); (3) intervensi
diarahkan kepada peningkatan/perbaikan kemampuan berfungsi sosial klien dan (4)
terwujudnya lingkungan yang memberikan kesempatan, pelayanan dan sumber; (5)
tujuannya agar orang mampu mencapai tujuan hidupnya.
Pada dasarnya
Pekerja sosial bekerja ke arah tujuan-tujuan yang sama, sehingga mereka
juga menggunakan proses pemecahan
masalah yang sama. Seperti Hepwotrh dan
Larsen (1982) menyatakan bahwa tahapan
proses pemecahan masalah dalam profesi pekerjaan sosial menjadi tiga yaitu (1) Exploration, assesment and planning; (2)
Implementation and goal attainment dan (3) Termination and evaluation.
Sedangkan Comptom dan Galaway (1983) membagi menjadi 5 tahapan yaitu (1) The contact phase, (2) The contract
phase; (3) Interventive roles (4) Evalution dan (5) The ending phase. Siporin (1975) mengemukakan ada 5 (lima)
tahap proses pemecahan masalah dalam profesi pekerjaan sosial yaitu (1) engagement, intake dan contract,
(2) pengungkapan dan pemahaman masalah; (3) penyusunan rencana intervensi; (4)
pelaksanaan intervensi dan (5) evaluasi dan terminasi.
Ada pun prinsip pelayanan terhadap lansia
adalah:
a.
Memberikan
pelayanan yang menjunjung tinggi harkat
dan martabat lansia.
b.
Melaksanakan
hak asasi lansia.
c.
Memberikan
kesempatan kepada lansia untuk mendapatkan hak menentukan pilihan bagi dirinya
sendiri.
d.
Memberikan
pelayanan yang didasarkan pada kebutuhan sesungguhnya.
e.
Menguapayakan
kehidupan lansia lebih bermakna bagi diri, keluarga dan masyarakat.
f.
Menciptakan
suasana kehidupan dalam panti yang
bersifat kekeluargaan.
g.
Menjamin
terlaksananya pelayanan bagi lansia yang disesuaikan dengan perkembangan
pelayanan lansia secara terus menerus dan meningkatkan kemitraan dengan
berbagai pihak.
h.
Menerapkan
pendekatan antar disiplin dan profesi.
i.
Memasyarakatkan
informasi tentang aksesibilitas bagi lansia.
2.
Langkah-Langkah Dalam Praktek Pekerjaan Sosial Dengan Lansia
a. Kontak dan Kontrak
Kontak merupakan pertemuan pertama antara pekerja sosial dengan lansia
dan keluarganya. Pertemuan ini sebagai upaya untuk memahami dan
mengidentifikasi lansia untuk menjadi calon klien. Kontak dapat dilakukan
dengan pengamatan, wawancara, diskusi dan lain-lain. Data dan informasi yang
dikumpulkan dalam kontak antara lain karakteristik lanjut usia dan keluarganya,
latar belakang sosial ekonomi dan psikologis serta potensi dan permasalahan
yang dihadapi. Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap kontak adalah:
1)
Penjajagan dan Konsultasi.
Hal ini dilakukan untuk mencari
dukungan sosial secara memadai dari instansi terkait, orsos dan masyarakat jika
lansia telah memenuhi persyaratan sebagai calon klien dan memperoleh pelayanan
di lingkungan panti.
2)
Identifikasi
Identifikasi merupakan suatu
kegiatan yang diarahkan untuk menemukan masalah, kebutuhan, potensi dan
menganalisisnya melalui pengisian formulir bahan seleksi untuk menetapkan
lansia sebagai calon klien.
3)
Seleksi.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk
memilih dan menetapkan lansia sebagai calon klien. Seleksi ini didasarakan atas
data dan informasi yang diperoleh.
Ada pun yang dimaksud dengan
kontrak adalah kesepakatan pelayanan secara tertulis antara klien dengan
pekerja sosial. Tujuan kontrak adalah untuk melindungi klien dengan keluarganya
dari tindakan-tindakan malpraktik serta melindungi pekerja sosial dari
konsekuensi hukum akibat pelayanan yang diberikan kepada klien dan keluarganya.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap
ini adalah:
a). Mengadakan kesepakatan tertulis
dengan lansia.
b). Menjelaskan pelayanan yang akan
diterima lansia.
c). Menentukan langkah-langkah
pelayanan yang akan dilakukan.
b. Pengungkapan dan Pemahaman Masalah (Asesmen)
Asesmen merupakan kegiatan
pendalaman tentang kebutuhan, persepsi, nilai, harapan, pengalaman, perasaan
danmasalah yang dihadapi serta potensi yang dimiliki lansia sebelum disusunnya
suatu rencana intervensi. Kegiatan asesmen meliputi:
1). Penelaahan situasi untuk menentukan
faktor-faktor utama dalam situasi yang dihadapi lansia dan keluarganya.
2). Penentuan faktor-faktor yang menyebabkan
berlangsungnya keadaan yang dialami klien.
3). Penentuan faktor-faktor yang paling kritis
serta pemahaman hubungan antar faktor tersebut.
4). Penentuan sumber, kekuatan dan motivasi
yang tersedia.
5). Pemilihan dan penggunaan generalisasi,
prinsip dan konsep yang tepat dalam profesi pekerjaan sosial.
6). Penilaian profesional, gagasan yang muncul
dari pengetahuan dan pengalaman yang dijadikan dasar pemberian bantuan kepada
lansia.
7). Penelaahan
bisa dilakukan melalui pengujian atau pengisian instrumen yang telah disusun,
antara lain tes kemampuan, tes psikososial, catatan kasus dan lain-lain.
Penilaian-penilaian mengenai makna
dan arti penting dari penggalan-penggalan informasi dapat membimbing pekerja
sosial ke arah pengambilan keputusan mengenai aspek-aspek mana dari suatu
permasalahan yang perlu dan mendesak untuk ditelusuri lebih lanjut. Proses pengungkapan dan pemahaman masalah
yang memadai harus mencakup penganalisaan masalah, orang-orang serta kondisi
situasional yang relevan. Hal ini disebabkan bahwa proses assesmen akan
berbeda-beda pendekatannya disesuaikan dengan per-masalahannya.
Ada pun tujuan pengungkapan dan
pemahaman masalah yang dilakukan pekerja sosial adalah :
a) Membantu pekerja sosial memahami
dan mengindividualisasi situasi yang dihadapi.
b) Menentukan dan mengalisis
faktor-faktor relevan yang terdapat dalam situasi tertentu.
c. Penyusunan Rencana Pemecahan
Masalah (Rencana Intervensi)
Rencana intervensi merupakan proses
rasional yang disusun dan dirumuskan oleh pekerja sosial dengan klien yang
meliputi kegiatan-kegiatan apa yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah
tersebut, siapa sasarannya serta bagaimana cara memecahkan masalah tersebut
dimasa mendatang.
Rencana intervensi disusun dan dirumuskan haruslah berdasarkan hasil
pengungkapan dan pemahaman masalah sebelumnya oleh pekerja sosial. Pekerja sosial
dalam menyusun rencana intervensi bukan hanya dengan klien, tetapi juga kepada
orang-orang yang akan terlibat dalam proses intervensi, oleh sebab itu tugas
utama pekerja sosial adalah mengembangkan relasi dengan berbagai pihak.
Dalam rencana intervensi ini
dilakukan kegiatan antara lain:
1.
Menetapkan
tujuan pelaksanaan pelayanan.
2.
Menetapkan
indikator keberhasilan pelayanan.
3.
Menyusun
kegiatan pelayanan.
4.
Menentukan langkah-langkah pelaksanaan
pelayanan.
5.
Menentukan
sarana dan prasarana yang akan digunakan.
6.
Menentukan
petugas dan atau pihak yang terkait dalam kegiatan pelayanan.
d. Pelaksanaan Pelayanan (Intervensi)
Berdasarkan rencana intervensi yang
telah disusun bersama-sama klien, maka selanjutnya Pekerja sosial mulai
melaksanakan program pelayanan. Dalam pelaksanaan pelayanan ini hendaknya
pekerja sosial melibatkan secara aktif klien pada setiap tahapan.
Beberapa pelayanan yang diberikan
adalah:
1.
Pelayanan
Sosial
Pelayanan sosial diberikan kepada klien dalam
rangka menciptakan hubungan sosial dan penyesuaian sosial secara serasi dan
harmonis di antara lansia, lansia dengan keluarganya, lansia dengan petugas
serta dengan masyarakat sekitar.
2.
Pelayanan
Fisik
Pelayanan
fisik diberikan kepada klien dalam arangka memperkuat daya tahan fisik.
Pelayanan ini diberikan dalam bentuk pelayanan kesehatan fisioterapi,
penyediaan menu makanan tambahan, klinik lansia, kebugaran, sarana dan
prasarana hidup sehari-hari dan sebagainya.
3.
Pelayanan
Psikososial
Pelayanan
ini diberikan kepada klien dalam rangka menciptakan situasi sosial psikologis
yang memungkinkan tumbuhnya perasaan aman, nyaman, senang dan mampu beradaptasi
dengan lingkungan sosialnya.
4.
Pelayanan
Keterampilan
Pelayanan
ini diberikan tidak saja untuk pengisian waktu lauang, melainkan untuk
meningkatkan produktivitas agar ia dapat menambah penghasilannya.
5.
Pelayanan
Spiritual/Keagamaan
Pelayanan ini diberikan dalam rangka
memperkuat mental spiritual dan kerohanian terutama dalam melaksanakan
peribadatan sehari-hari. Pelayanan yang diberikan antara lain penyediaan sarana
dan prasarana ibadah, bimbingan rohani, dan lain-lain. Pelayanan spiritual ini
sangat penting untuk dilakukan mengingat bahwa pada masa tua seringkali klien
dihantui berbagai perasaan tidak berharga dan ketakutan-ketakutan sehubungan
dengan penurunan fungsi-fungsi fisik dan sosial. Dengan adanya pelayanan spiritual
diharapkan klien menyadari akan situasi yang dihadapinya sehingga muncul
ketenangan dan kedamaian dalam perasaannya. Muncul kembali kepercayaan dirinya,
dapat menjalankan ibadat dengan tenang dan tetap dapat beraktivitas sesuai
dengan kemampuannya.
6.
Pelayanan Pendampingan
Pelayanan
ini diberikan dengan cara mendampingi lansia dalam menjalankan kehidupan
sehari-hari.
7.
Pelayanan
Bantuan Hukum
Pelayanan
ini diberikan kepada lansia yang mengalami tindak kekerasan, baik dalam
pelayanan maupun dalam keluarganya.
Oleh karenanya, pekerja sosial
yang bekerja dengan lansia pada tahap ini perlu melakukan kegiatan:
1). Menyiapkan sarana dan prasarana
kegiatan pelayanan.
2). Melaksanakan koordinasi dengan
pihak terkait (instruktur, instansi, orsos dan sebagainya).
3). Melaksanakan kegiatan sesuai
dengan tugas dan tanggung jawab.
e. Evaluasi Dan Pengakhiran
(Terminasi)
1) Evaluasi
Pada tahap ini pekerja sosial harus
mengevaluasi kembali semua kegiatan/program pertolongan yang telah dilakukan
untuk melihat tingkat keberhasilan, kegagalan dan hambatan-hambatan yang
terjadi. Evaluasi merupakan suatu kegiatan terus-menerus selama proses
intervensi berlangsung. Setelah setiap
tugas diselesaikan, pekerja sosial harus menentukan apakah tugas ini dapat
mencapai tujuannya dan memutuskan apakah metode atau hasil-hasil usaha
perubahan perlu disesuaikan atau dijelaskan lagi. Dari waktu ke waktu usaha
meninjau kembali secara lebih luas kemajuan-kemajuan yang dicapai, terutama
kalau batas waktu usaha perubahan ini tidak ditentukan. Hambatan-hambatan
selama proses pemberian pertolongan merupakan suatu pertanda perlunya dinilai
kembali hal-hal yang sedang dilakukan. Walaupun evaluasi yang dilaksanakan pada
akhir proses sifatnya lebih komprehensif, evaluasi inipun merupakan kelanjutan
dari keseluruhan kegiatan evaluatif selama proses intervensi yang sedang
berlangsung.
Pekerja sosial yang bekerjasama
dengan lansia pada tahap ini melakukan:
1). Melakukan
monitoring terhadap lansia secara rutin.
2). Melakukan
monitoring pelaksanaan kegiatan secara rutin.
3). Melaksanakan evaluasi (pembahasan
kasus/pertemuan/diskusi dan sebagainya) mengenai perkembangan pelaksanaan
pelayanan.
2). Terminasi (Pengakhiran)
Terminasi dilakukan bilamana tujuan
pertolongan telah dicapai atau bilamana terjadi referal atau bilamana karena
alasan-alasan rasional klien meminta pengakhiran pertolongan atau karena adanya
faktor-faktor eksternal yang dihadapi pekerja sosial atau karena klien lebih
baik dialihkan kepada lembaga-lembaga atau tenaga ahli lainnya yang lebih
kompeten. Pada tahap ini pekerja sosial
yang bekerja dengan lansia dapat melakukan:
a.
Rujukan ke panti/lembaga lain bila diperlukan.
b.
Klien dikembalikan kepada keluarga.
c. Terminasi juga dilakukan bila klien meninggal
dunia. Dalam konteks pelayanan sosial kepada lansia, seringkali pengakhiran
pelayanan karena lansia yang bersangkutan meninggal dunia.
3. Hakikat Teknik dan Keterampilan Pekerjaan
Sosial Serta Pelayanan Lansia
Teknik adalah
cara yang digunakan secara tepat untuk membantu, menangani dan mengatasi
permasalahan klien. Sedangkan keterampilan merupakan kemampuan dalam
menggunakan ilmu, metode dan teknik yang dipelajari untuk mengatasi
permasalahan klien. Walaupun antara teknik
dan keterampilan ini merupakan dua hal yang berbeda, tetapi pada praktiknya seringkali menjadi
satu kesatuan.
Morales dan
Sheafor (1983:219) mengemukan berbagai keterampilan umum yang harus dipunyai
pekerja sosial dalam melakukan intervensinya yaitu:
a. Pekerja
sosial harus memiliki persiapan sebelum melakukan intervensi, misalnya
mendapatkan informasi dan membuat rencana.
b. Pekerja
sosial harus mengetahui bagaimana cara berkomunikasi dengan klien (lansia)
c. Pekerja
sosial perlu menganalisis situasi masalah yang berkaitan dengan individu,
kelompok dan masyarakat.
d. Pekerja
sosial harus terampil dalam merumuskan kontrak.
e. Pekerja
sosial perlu membuat asumsi berbagai peranan yang berkenaan dengan suatu
masalah.
f. Pekerja sosial harus mampu menciptakan
situasi yang stabil.
Pada hakekatnya pelayanan lansia merupakan suatu pelayanan
yang di dalamnya terdapat proses
bimbingan, konseling, bantuan, santunan, perawatan sosial, pengisian
waktu luang serta perlindungan sosial lainnya yang dilakukan secara terarah,
terencana dan berkelanjutan untuk membantu peningkatan kesejahteraan sosial
lanjut usia atas dasar pendekatan pekerjaan sosial.
1). Teknik dan Keterampilan Pekerjaan Sosial
yang Digunakan Dalam Pelayanan Lansia
Dengan merujuk
kepada klasifikasi pelayanan yang dikemukakan Lawrence Shulman (1999), dalam
pelayanan sosial terhadap lansia
terdapat beberapa teknik pekerjaan sosial yang bisa digunakan sebagai berikut:
a. Teknik dan Keterampilan Pelayanan Lansia
Dalam Kerangka Pekerjaan Sosial dengan
Individu
Dalam kaitan ini
pekerjaan sosial dengan individu merupakan proses pelayanan profesional yang
diberikan oleh pekerja sosial kepada lanjut usia yang mengalami permasalahan
psikososial yang mengganggu peranan sosialnya. Metode ini bertujuan untuk
membantu lansia dalam pemenuhan kebutuhan, pemecahan masalah dan peningkatan
kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungannya. Ada pun teknik yang digunakan adalah:
1).
Intervensi Krisis
Teknik ini dilakukan kepada para
lansia dan keluarganya yang mengalami masalah psikososial yang diakibatkan oleh
terjadinya perubahan yang tiba-tiba sehubungan dengan kondisi kesehatan atau
tingkah laku lansia sendiri atau orang yang merawatnya. Krisis yang dialami
lansia bisa juga bisa disebabkan oleh suatu kehilangan, ancaman kehilangan atau
kejadian-kejadian membahayakan di luar kemampuan klien atau keluarganya. Dalam
hal ini pekerja sosial harus memasuki situasi-situasi panik, kacau atau
traumatis dengan berupaya untuk senantiasa memberikan harapan. Pekerja sosial
dengan berbagai cara perlu menghindarkan diri agar tidak menjadi bagian dari
permasalahan itu sendiri. Oleh karenanya keterampilan komunikasi dan pemahaman
yang baik mengenai krisis yang terjadi merupakan kunci keberhasilan dalam
melakukan intervensi krisis tersebut.
2). Konseling
Pada dasarnya semakin tua seseorang
semakin banyak pula mengalami kehilangan orang-orang yang dicintainya.
Kehilangan yang beruntun akan diikuti dengan periode-periode berkabung dengan
ditandai perasaan tertekan, kesedihan dan depresi. Dalam keadaan seperti itu
klien membutuhkan seseorang yang dapat menolongnya untuk mengungkapkan
perasaan-perasaan yang dialaminya. Maka dengan teknik ini pekerja sosial
menunjukkan perhatiannya dengan menjadi pendengar yang baik dan meyakinkannya
bahwa cara mereka mengungkapkan kesedihannya adalah sesuatu yang normal dan
biasa.
3). Teknik Orientasi Tugas
(task-orientation technique)
Teknik ini merupakan teknik yang
berguna untuk pelayanan terhadap lansia yang mengalami permasalahan relasi.
Beberapa masalah yang cocok diselesaikan dengan teknik ini adalah:
a). Konflik interpersonal.
b). Keidakpuasan atau relasi
sosial.
c). Penampilan peranan.
d). Permasalahan yang berhubungan
dengan perubahan sosial.
e). Stres emosional yang bersifat
reaktif.
f). Organisasi formal yang membuat
masalah.
g). Sumber-sumber yang tidak
akurat.
b. Teknik dan Keterampilan Pelayanan Lansia
Dalam Kerangka Pekerjaan Sosial Dengan Kelompok
Dalam kaitan ini pekerjaan sosial
dengan kelompok merupakan proses pertolongan yang dilakukan oleh pekerja sosial
untuk membantu mengatasi permasalahan psikososial yang dialami lansia dengan
memanfaatkan media kelompok. Teknik yang dipakai adalah:
1). Terapi Kelompok
Teknik ini dilakukan dalam kelompok
kecil yang terdiri dari maksimal lima orang lansia yang memiliki masalah yang
sama. Pimpinan kelompok secara bertahap mencobakan berbagai peran dengan
pendekatan yang berbeda pula. Pertukaran pengalaman antara anggota kelompok
dapat dipandang sebagai alat untuk terjadinya perubahan yang diinginkan para
lansia. Interaksi ini memberikan
dukungan, perhatian serta manfaat lain yang tidak bisa ditemukan dalam terapi
individual.
2). Konseling Kelompok
Teknik ini difokuskan pada tipe
permasalahan tertentu seperti permasalahan pribadi, pendidikan, sosial atau
vokasional. Kelompok ini berbeda dengan kelompok terapi karena lebih
memfokuskan pada permasalahan yang bersifat disadari, tidak bertujuan pada perubahan
kepribadian. Biasanya diarahkan pada upaya pemecahan masalah yang bersifat
khusus dan dalam jangka waktu pendek. Teknik ini memiliki tujuan edukasi,
pencegahan dan penyembuhan.
3). Kelompok Swadaya
Teknik ini memberikan alternatif
pertolongan untuk memenuhi kebutuhan kelompok lansia tertentu yang tidak
terpenuhi oleh kelompok profesional. Teknik ini juga merupakan sarana untuk
berbagi permasalahan tertentu di antara orang-orang yang memiliki pengalaman atau permasalahan
yang hampir sama. Mereka saling memberikan dukungan untuk mengatasi stres dan
saling memberikan semangat untuk merubah diri ke arah kemajuan yang ingin
dicapai oleh para lansia.
c.
Teknik dan Keterampilan Pelayanan Lansia Dalam Kerangka Pekerjaan Sosial Dengan
Masyarakat
Dalam kaitan ini pekerjaan sosial
dengan masyarakat merupakan proses pertolongan profesional yang dilakukan
pekerja sosial untuk membantu masyarakat memahami permasalahan lansia, sumber
serta potensi yang ada untuk membantu meningkatkan kemampuan mereka dalam
memecahkan permasalahan lansia yang ada di lingkungannya. Ada pun teknik yang
bisa digunakan adalah:
1). Pengembangan
jaringan kerja dukungan sosial, yakni mendorong orang-orang terdekat para
lansia seperti keluarga, sahabat atau
tetangga agar memperkuat kerjasama diantara mereka untuk membentuk jaringan
kerja.
2). Pengembangan
jaringan kerja informal, yakni membuat hubungan-hubungan informal diantara para
pemberi pelayanan yang dibutuhkan lansia serta mendorong munculnya komitmen dan
kepedulian mereka terhadap para lansia.
3). Pengembangan
jaringan kerja relawan, yakni mendorong kepedulian serta kerjasama diantara
relawan lansia.
4). Pengembangan
jaringan kerja kelompok bantu, yakni memperkuat hubungan dan kerjasama diantara
kelompok lansia yang secara mandiri berupaya untuk saling membantu dalam
kelompoknya masing-masing agar keluhan permasalahan yang dialami oleh setiap
kelompok bisa dibagi dengan kelompok lain.
5). Pelibatan
ketetanggaan, yakni meningkatkan kepedulian dan jalinan kerjasama diantara para
tetangga untuk mengembangkan mekanisme pertolongan bagi para lansia yang ada di
lingkungannya.
4. Hakikat Peranan Pekerja Sosial
Parson et.al. (1994: 165)
mengemukakan bahwa tujuan dari peranan pekerjaan sosial adalah untuk
menciptakan suatu jenis perubahan khusus yaitu berubahnya kondisi sistem klien
dari bermasalah menjadi tidak bermasalah sesuai dengan yang diharapkan dengan
sistem klien. Peranan yang ditampilkan oleh pekerja sosial ini tentu saja akan
berbeda-beda dan bervariasi sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh
klien. Karenanya harus dipahami bahwa walaupun peranan-peranan pekerja sosial
terlihat berbeda satu sama lain dan terstruktur, tetapi dalam pelaksanaannya
akan timbul peranan-peranan yang majemuk.
Menyadari akan hal tersebut maka
pekerja sosial harus mampu memberikan upaya-upaya dengan memberikan dorongan
dan jaminan pada setiap situasi dan kondisi klien secara tepat sesuai dengan
yang diharapkan.
1)
Peranan-Peranan Pekerjaan Sosial Bekerja Dengan Lansia Ada beberapa
peranan yang bisa ditampilkan pekerja sosial bekerja dengan lansia, yaitu:
a.
Advokasi
Peranan pekerja sosial sebagai advokat
tergambar ketika pekerja sosial
melakukan kegiatan sebagai juru bicara klien, pemaparan dan argumentasi
tentang masalah klien, membela
kepentingan klien untuk menjamin sistem sumber, memberikan pelayanan yang
dibutuhkan atau merubah kebijakan sistem yang tidak responsif terhadap
kepentingan masyarakat. Adapun dalam pelayanan terhadap lansia, pekerja sosial
melakukan peran ini dengan memperjuangkan kepentingan lansia untuk memperoleh
semua sumber yang dibutuhkannya.
b. Partisipasi
Peranan ini dilakukan dengan cara melibatkan
diri secara proaktif dalam penyediaan sumber yang dibutuhkan oleh lansia serta
mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam meningkatkan pelayanan
kesejahteraan sosial para lansia.
c. Fasilitasi
Peranan fasilitasi menurut Parson (1994)
adalah peranan yang dilakukan pekerja sosial dengan membantu kelompok agar berpartisipasi, berkontribusi,
membantu anggota kelompok mengikuti keterampilan baru dan menyimpulkan apa yang
telah dicapai oleh kelompok. Dalam kaitannya dengan pelayanan lansia maka
pekerja sosial berperan sebagai fasilitator dengan memberikan kemudahan berupa
sumber dan peluang bagi individu, organisasi dan lembaga yang peduli serta
menyediakan pelayanan sosial bagi lansia.
d. Asistensi
Dilakukan dengan memberikan
bantuan, baik material maupun konsultasi kepada individu, organisasi maupun
lembaga yang peduli serta menyediakan pelayanan sosial lansia.
e. Penjaluran
Dilakukan dengan membuat jalur
kepentingan lansia kepada berbagai pihak, baik kepada organisasi atau lembaga
penyedia pelayanan maupun antara pihak yang membutuhkan dengan pihak pemilik
sumber, sehingga tercipta pelayanan terpadu yang menguntungkan bagi lansia.
f.
Mobilisasi
Dilakukan dengan menghimpun,
mendayagunakan, mengembangkan dan mempertanggungjawabkan sumber-sumber yang
dimanfaatkan guna peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan kesejahteraan
sosial bagi lansia.
g. Informasi
Dilakukan dengan menyediakan
informasi pelayanan kesesjahteraan sosial lanjut usia.
h. Kemitraan
Dilakukan dengan menjalin hubungan dengan
pemilik sumber serta menjalurkan hubungan yang
saling menguntungkan antara organisasi atau lembaga penyedia pelayanan
dengan pemilik sumber dalam rangka peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan
sosial bagi lansia.
i. Pemberdayaan
Dilakukan dengan meningkatkan
pengertian, kesadaran, tanggung jawab, komitmen, partisipasi dan kemampuan
semua pihak yang terkait dengan peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan
sosial bagi lansia.
j.
Konsultasi
Dilakukan dengan menyediakan tenaga
ahli kepada organisasi dan lembaga pelayanan dalam rangka peningkatan kualitas dan jangkauan
pelayanan kesejahteraan sosial bagi
lansia.
k. Negosiasi
Dilakukan dengan melaksanakan
tawar-menawar (bargaining) dengan semua pihak yang terkait dengan kedudukan dan
peranan jejaring kerja dalam rangka
memperoleh berbagai dukungan dan kemudahan pelayanan lansia.
Peranan-peranan
di atas dapat dilakukan pekerja sosial yang melakukan pelayanan sosial kepada
lansia. Peranan-peranan ini bisa bervariasi karena adanya kebutuhan yang
berbeda-beda dari setiap individu. Perbedaan kebutuhan tersebut selain karena
individu itu bersifat unik, juga disebabkan terjadinya perubahan-perubahan
seperti perubahan kelembagaan dan orang yang melaksanakannya, perubahan pada
sistem kegiatan, perubahan sasaran kegiatan dan lain-lain. Oleh karenanya
peranan-peranan pekerja sosial yang bekerja dengan lansia harus senantiasa
disesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi.
Mantapp kak
ReplyDelete