Terapi
Komunitas (Therapeutic Community/ TC) adalah suatu program
rehabilitasi bagi para pecandu Narkoba, dimana dibentuk suatu komunitas yang
positif di lingkungan yang teratur dan terkoodinir dengan kegiatan-kegiatan
yang menunjang perubahan secara fisik dan terutama mental. Di dalam komunitas
ini para pecandu Narkoba diberikan sistem terapi yang terbangun dan mandiri
agar mereka bisa belajar untuk lepas dari ketergantungan terhadap zat aditif
dan juga untuk menghilangkan kebiasaan-kebiasaan mereka yang telah diperoleh
selama menjadi pemakai aktif.
Teori yang mendasari metode Terapi Komunitas (Therapeutic Community)adalah pendekatan
behavioral dimana berlaku sistem reward (penghargaan) dan punishment
(pembelajaran) dalam mengubah suatu perilaku. Selain itu digunakan
juga pendekatan kelompok dimana kelompok tersebut juga merupakan suatu media untuk mengubah
suatu perilaku. Terapi Komunitas(Therapeutic Community) adalah kumpulan
sekelompok orang dengan masalah yang sama dan mereka berkumpul untuk saling
bantu dalam mengatasi masalah yang dihadapinya. Dengan kata lain
Terapi Komunitas (Therapeutic Community)mempunyai konsep Man
Helping Man To Help Himself, yaitu seseorang menolong orang
lain untuk menolong dirinya sendiri. Dalam program Terapi
Komunitas (Therapeutic Community) kesembuhan diciptakan lewat
perubahan persepsi/ pandangan umum yang luas (the renewal of worldview)
dan penemuan diri (self discovery) yang
mendorong pertumbuhan dan perubahan (growth and change).
Metode terapi yang
diberikan di PSPP Husnul Khotimah adalah metode Terapi Komunitas (Therapeutic
Community), yaitu suatu metode rehabilitasi sosial yang ditujukan kepada korban
penyalahguna NAPZA yang merupakan sebuah “keluarga” terdiri atas orang-orang
yang mempunyai masalah dan tujuan yang sama, yaitu menolong diri sendiri dan
sesama mereka sehingga terjadi perubahan tingkah laku dari yang negatif ke arah
tingkah laku yang positif.
Dalam pelaksanaan Terapi
Komunitas (Therapeutic Community) itu sendiri disesuaikan dengan adat
dan budaya daerah masing-masing sehingga terapi tersebut dapat berjalan secara
maksimal.
Sobat pasti bertanya-tanya apa itu Therapeutic Community (TC)
itu? Namun sebelum masuk dalam pembahasan TC, alangkah baiknya kalau kamu
mengenal terlebih dahulu beberapa istilah yang berkaitan dengan konsep tingkat
penyalahgunaan narkoba. Sobat, ternyata pecandu itu ada tingkatannya, artinya
sebelum seseorang itu betul-betul menjadi pecandu yang parah, maka sebelum itu,
ada tahapan-tahapan tertentu.Berikut ini adalah tahapannya:
1. Abstinence,yaitu
periode,dimana seseorang tidak menggunakan narkoba sama sekali untuk tujuan
rekreasional
2. Social
Use, periode di mana seseorang sudah mulai mencoba narkoba untuk
tujuan rekreasional namun tidak berdampak pada kehidupan sosial, financial, dan
juga medis si pengguna. Artinya si pengguna ini masih bisa mengendalikan kadar
penggunaan narkoba tersebut.
3. Early
Problem use, artinya periode di mana individu sudah menyalahgunakan
zat adiktif dan perilaku penyalahgunaan sudah menimbulkan efek dalam kehidupan
social si penyalahguna seperti malas sekolah, bergaul hanya dengan orang-orang
tertentu, dll.
4. Early
Addiction, adalahkondisi si pecandu yang sudah menunjukkan
perilaku ketergantungan baik fisik maupun psikologis, dan perilaku ini
mengganggu kehidupan social yang bersangkutan. Si pecandu ini sangat sulit
untuk menyesuaikan dengan pola kehidupan normal, dan cenderung
untuk melakukan hal-hal yang melanggar nilai dan norma yang berlaku.
5. Severe
Addiction, adalah periode seseorang yang hanya hidup untuk
mempertahankan kecanduannya, dan sudah mengabaikan kehidupan social dan diri
sendiri. Pada titik ini, si pecandu sudah berani melakukan tindakan
criminal demi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi narkoba.
Sobat yang budiman, masalah kecanduan
narkoba, sangatlah kompleks. Seperti penjelasan di atas, jika tingkat kecanduan
sudah mencapai severe addiction, maka bisa dibayangkan, bahwa kehidupan
seseorang sudah sangat jauh dari normal, dan seolah sudah tak berarti, karena
si pecandu hanya memikirkan ketergantungannya, tanpa berpikir panjang tentang
hidupnya.
Menanggapi masalah kecanduan yang begitu parah, pemerintah dalam
hal ini BNN dan juga instansi lainnya tidak tinggal diam. BNN telah menyediakan
fasilitas rehabiltasi untuk memulihkan para pecandu narkoba. Nah, di negara kita, ada berbagai macam metode
rehabilitasi yang diterapkan di berbagai panti rehab, ada yang bentuknya TC,
religi, akupuntur dan lain sebagainya.
Kini yang akan kita bahas adalah rehab model TC. Mungkin di
antara Sobat belum pernah mendengar ataupun sudah ada yang pernah mendengar
Therapeutic Community atau TC. TC pada awalnya diterapkan untuk pasien
psikiatri dan dikembangkan sejak perang dunia kedua.
Awal mula munculnya TC ini adalah dari munculnya kelompok kecil
yang saling membantu dan mendukung proses pemulihan yang pada awalnya sangat
dipernagruhi oleh gerakan alcoholic anonymous. Metode TC diadopsi dari konsep
Timur, namum dikembangkan di New York, AS.Konsep ini kemudian diterapkan pada
awalnya di Philipina, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Indonesia.
Berdasarkan jurnal penyalahgunaan narkoba (UNDPC, 1990), metode
ini memiliki tingkat keberhasilan sebesar 80%, dengan indikatornya,
sipenyalahguna berhasil bertahan pada kondisi bebas zat (abstinensia) dalam
waktu yang lebih lama, dengan catatan residen tersebut mengikuti seluruh
tahapan hingga selesai.Oleh karena itulah metode ini dipertimbangkan oleh
Depertemen Sosial, guna mengembangkan pelayanan dan rehabilitasi social.
Dalam model rehabilitasi TC,
residenakanmenjalanibeberapatahapan, antara lain:
1. Primary
Stage, yaitu tahapan program rehabilitasi social, di mana residen
ditempa untuk memiliki stabilitas fisik, dan emosi. Residen juga dipacu
motivasinya untuk melanjutkan tahap terapi selanjutnya.
2. Re-Entry
Stage, adalah tahapan program rehabilitasi, di mana residen mulai
memantapkan kondisi psikologis dalam dirinya, mendayagunakan nalarnya dan mampu
mengembangkan keterampilan social dalam kehidupan bermasyarakat.
3. Aftercare,adalahsuatu
program yang terdiri dari berbagai macam intervensi, pelayanan dan asistensi
yang disediakan untuk recovery, yang merupakan kelanjutan dari program
primer atau primary treatment, yaitu Primary Stage, re-entry program.
1. Primary Stage
Periode tahap ini berlangsung selama kurang
lebih 6 hingga 9 bulan. Para residen akan menjalani tahapan sebagai berikut;
a. Younger Member
Pada tahap ini, residen mengikuti program
dengan proaktif. Residen wajib mengikuti aturan-aturan yang ada, dan jika
melanggar maka akan mendapatkan sangsi. Pada tahapan ini, residen boleh
dikunjungi oleh orang tua atau keluarga selama satu kali dalam 2 minggu.
Pertemuan residen dan keluarga ini juga didampingi oleh relawan sosial, dan
senior di program TC. Selain itu, residen boleh menerima telepon namun didampingi
oleh residen senior atau relawan.
b. Middle Peer
Pada tahap ini, residen sudah harus
bertanggung jawab pada sebagian pelaksanaan operasional panti atau lembaga,
membimbing younger member,dan residen yang masih dalam proses orientasi, menerima
telepon tanpa pendamping, meninggalkan panti didampingi orang tua dan senior,
secara bertahap dari mulai 4 jam hingga 12 jam.
Pada tahap ini, residen bisa berperan
sebagai buddy (pendamping ) bagi residen yang baru masuk.
c. Older Member
Pada tahap ini, tanggung jawab residen
semakin besar, karena ia harus memikirkan staf dan memikirkan seluruh
operasional panti, dan memiliki tanggung jawab pada residen yunior. Jika
residen ini melakukan kesalahan, maka sanksi yang dikenakan padanya tanpa
toleransi. Namun di sisi lainnya, residen pada tahap ini boleh meninggalkan
panti selama 24 jam, dengan pendampingan keluarga dan senior.
Setelah melewati tahapan awal dan evaluasi,
maka jika dinyatakan lulus residen berhak masuk ke tahap lanjutan.
Lalu, seperti apa ya Kegiatan yang
dilakukan dalam tahap Primary Stage ini
· Morning
Meeting
Kegiatan ini dilakukan setiap pagi oleh
para residen. Bentuk kegiatan ini adalah forum untuk membangun nilai dan sistem
kehidupan yang baru berdasarkan filosofi TC. Dalam kegiatan ini, residen
membacakan filisofi yang tertulis, memberikan pernyataan pribadi, mengemumakan
konsep hari ini, mendapatkan nasehat atau peringatan, mendapatkan pengumuman
yang berkaitan dengan kepentingan bersama, dan juga menjalani permainan. Tujuan
dari kegiatan ini semua antara lain untuk mengawali agar hari tersebut jauh
lebih baik, meningkatkan kepercayaan diri, melatih kejujuran, mengindentifikasi
perasaan, dan menanggapi isu dalam rumah residen yang harus diselesaikan.
· Encounter
Group
Dalam sesi ini, residen diberikan
kesempatan untuk mengungkapkan perasaan marah, sedih, kecewa, dan lain-lain.
Setiap residen berhak menuliskan di atas secarik kertas, yang berisi ungkapan
kekesalan, kekecewaan, atau kemarahan yang ditujukan pada orang tertentu.
Kegiatan ini biasanya dilaksanakan 1 kali dalam seminggu, dengan durasi 2 jam.
Acara ini biasanya ditutup dengan hal-hal yang sifatnya rileks. Tujuan kegiatan
ini untuk membangun komunitas yang sehat, menjadikan komunitas personal yang
bertanggung jawab, berani mengungkapkan perasaan, membangun kedisiplinan, dan
meningkatkan tanggung jawab.
· Static
Group
Ini adalah bentuk kelompok yang bertujuan
untuk mengubah perilaku dalam TC. Kelompok ini membicarakan tentang berbagai
isu dalam kehidupan sehari-hari dan kehidupan yang sudah lalu, yang tujuannya
adalah untuk membangun kepercayaan antar sesama residen, membangkirkan percaya
diri, dan mencari solusi dari permasalahan yang ada.
· PAGE
(Peer Accountabillity Group Evaluation)
Dalam segmen ini, residen mendapatkan
kesempatan untuk dapat memberikan satu penilaian positif dan negatif
dalam kehidupan sehari-hari terhadap sesama residen. Dalam kelompok ini tiap
residen dilatih meningkatkan kepekaan terhadap perilaku komunitas. Residen
dikelompokan sesuai statusnya, yang mana setiap anggotanya terdiri dari 10
hingga 15 orang. Dalam sesi ini, setiap anggota akan membahas baik buruk
perilaku seorang residen dalam kelompok.
· Haircut
Residen yang melakukan kesalahan secara
berulang-ulang dan telah diberikan sanksi akan diberikan sanksi. Para petugas
akan menunjukkan rasa kecewa akan kesalahan yang diperbuat oleh residen.
Petugas mengekspresikan kekesalan ini dengan menaikkan volume suara, dan
menatap dengan tajam.
· Weekend
Wrap Up
Para residen diberikan kesempatan untuk
membahas apa saja yang dialami selama satu minggu. Kelompok ini terfokus pada
residen yang mendapatkan kelonggaran untuk keluar bersama keluarga ataupun
teman angkatannya.
· Learning
Experiences
Ini adalah bentuk sanksi yang diberikan
setelah menjalani haircut, family haircut, dan general meeting. Tujuan dari
fase ini adalah agar residen bisa belajar dari pengalaman sehingga mereka bisa
mengubah perilaku.
2. Re-Entry Stage
Tahap ini merupakan lanjutan dari tahap
primer, yang tujuannya untuk mengembalikan residen ke dalam kehidupan
masyarakat pada umumnya. Tahap ini dilaksanakan selama 3 hingga 6 bulan.
Tahapan ini mencakup ;
·
Orientasi
Ini adalah tahap penyesuaian residen dengan
lingkungan re-entry. Pada masa orientasi ini, residen didampingin oleh buddy
(pendamping) yang ditunjuk oleh staf. Selama masa ini, residen tidak boleh
meninggalkanpanti, dan tidak berhak mendapatkan uang jajan, bertemu orang tua,
dan bisa mendapatkan sanksi berupa tugas-tugas pekerjaan rumah.
·
Fase A
Dalam fase ini, residen sudah mendapatkan
hak-haknya seperti uang jajan setiap minggu, kunjungan orang tua setiap waktu,
ijin pulang satu kali dalam dua minggu selama satu malam, dan boleh
beraktivitas di luar panti bersama residen lainnya. Tahap ini dijalani selama
kurang lebih 1,5 hingga 2 bulan. Tujuannya agar si residen terlatih untuk
menghadapi masalah dalam keluarga dan memecahkannya, dan melatih kemampuan
residen dalam memenej waktu dan uang.
·
Fase B
Pada fase ini, residen boleh melakukan
aktivitas di luar seperti les, kuliah atau bekerja. Selain itu, residen juga
berhak mendapatkan tambahan uang saku yang sesuai dengan kebutuhannya, dan
memperoleh ijin untuk menginap 2 malam, dalam dua minggu, yaitu pada hari
Jumat, Sabtu, dan Minggu. Tujuan fase ini adalah agar residen bisa
mengimplementasikan rencana yang dibuat pada fase A, sehingga bisa mencapai
karir dan tujuan kehidupan.
·
Fase C
Pada fase ini, residen boleh pulang, dengan
lebih leluasa artinya ia bisa memilih hari, bukan hanya di akhir pekan seperti
pada fase sebelumnya. Selain itu residen bahkan diperbolehkan pulang hingga
satu pekan (tergantung dari penilaian staf). Jika residen sudah melewati
fase A hingga C, maka yang bersangkutan akan mendapatkan konseling perorangan
untuk menentukan apakah residen bisa resosialisasi ke masyarakat atau tidak.
Kegiatan dalam tahap Re- Entry ;
a. Group Re-Entry, adalah
wadah untuk menempa residen menjadi pribadi yang memiliki sikap dan perilaku
yang lebih baik.
b. Treatment, terdiri
dari tiga unsur antara lain;
·
Allowances/uang
saku
Residen akan mendapatkan kepercayaan untuk
memegang uang dalam jumlah tertentu untuk kepentingan sehari-hari. Di luar
kepentingan, residen bisa meminta uang tambahan pada konselor.
·
Task
Dalam re-entry, residen yang melakukan
kesalahan bisa mendapatkan sanksi, namun tidak seperti sanksi yang dikenakan
pada tahap awal. Sanksi yang diterima tidak terlalu berat.
·
Home Leave/Business Pass
Residen bisa meninggalkan TC, dengan tujuan
agar bisa lebih dekat dengan keluarga.
·
Spiritual
Dalam re-entry, ada kelas keagamaan setiap
harinya. Bagi yang beragama islam juga ditekankan untuk selalu menjalani sholat
lima waktu.
·
Counseling
Pada tahap ini, residen akan menemukan
banyak konseling, karena para residen akan menghadapi banyak masalah baru.
Karena itulah peran konselor cukup vital, karena konselor akan memberikan sudut
pandangnya pada residen mengenai masalah yang dihadapi oleh si residen.
·
Les, Kuliah atau Bekerja
Para residen boleh melakukan tiga hal di
atas, sehingga mereka bisa kembali ke dunia nyata dan bisa bersosialiasasi
dengan lingkungan. Dengan kegiatan di atas, residen bisa meningkatkan
kompetensi dirinya di luar sehingga bisa menjadi bekal dalam kehidupan di masa
yang akan datang.
·
Time Management
Di dalam re-entry waktu senggang banyak
sekali ditemukan. Karena itulah, residen harus bisa mengelola waktu yang ada
dengan maksimal setiap harinya. Residen harus bisa menunjukan inisiatifnya diri
sendiri untuk memanfaatkan waktu luang yang ada.
·
Request
Residen berhak meminta barang-barang yang
mereka inginkan atau perlukan. Namun staf tidak bisa begitu saja mengabulkan
permintaan mereka, karena tetap harus disaring.
·
Night entertainment
Untuk menguatkan mental residen, staf
memperbolehkan residen untuk ke luar ke tempat hiburan namun dalam pengawasan
staf atau keluarga.
·
Home Leave
Residen boleh meninggalkan tempat TC, dan
pergi bersama teman, namun tetap sebelumnya ada kesepakatan dari pihak
kelompok. Yang kedua, residen boleh request menelpon
teman, dengan persetujuan dari staf dan orang tua.
·
Business Pass
Residen boleh keluar selama 1 hari tanpa
menginap untuk memenuhi keperluannya, seperti mengurusi masalah les, kuliah,
pesta pernikahan, atau keperluan lainnya.
·
Leisure Time
Waktu luang yang ada di tempat rehab, bisa
dimanfaatkan untuk aktivitas positif seperti membaca koran, olahraga, menulis
dan lain-lainnya.
·
Outdoor Sport
Kegiatan olahraga bersama-sama yang
dilakukan di luar panti dan didampingi oleh staf atau residen yang senior.
·
Static Outing
Bersama dengan para konselor, Kelompok
kecil dalam tahap re-entry (2-5 residen) melakukan kegiatan di luar panti
yang tujuannya untuk mempererat hubungan antara satu sama lain.
Sobat, setelah para residen ini lulus dari tahap di atas, maka
mereka bisa melanjutkan dalam program Aftercare atau bimbingan lanjutan.
Program yang ditujukan bagi para eks residen atau alumni program ini
dilaksanakan di panti dan diikuti oleh semua angkatan di bawah pengawasan dari
staf re-entry. Tujuan program ini adalah agar para alumnus TC memiliki tempat
atau kelompok yang sehat agar mengerti tentang dirinya serta mempunyai
lingkungan yang positif.
No comments:
Post a Comment