Oleh
: Agus Elia Gunawan
ABSTRAKS
Sejatinya berkarier merupakan media bagi kaum perempuan
untuk mengeksplorasi potensi, minat dan bakatnya. Berkarier merupakan jalan menuju aktualisasi
diri. Namun demikian dalam perjalannya polisi tidur merintangi, kerikil
tajam mengelilingi, nilai sosial yang
menentang pun memagari dan membatasi ruanggeraknya. Kegigihan mengembangkan talenta diri perempuan telah membuka harapan menuju
kesejatian. Kini semakin nyata secercah cahaya menuju kesejahteraan perempuan yang
semakin kemilau.
A. PENDAHULUAN
Bagaimana tabir aktualisasi dan kesejahteraan ini mulai
terbuka bagi kaum perempuan ? berikut ulasan yang berpijak dari sejumlah dilema
perempuan karier, kemudian membongkar realita dengan gebrakan kinerja yang
sanggup menyumbangkan nilai manfaat bagi
lingkungan sekitarnya. Inilah sebuah
realita kehidupan kaum perempuan yang berkarya menerobos dilema bak air yang
selalu mengalir dengan kerendahan, tidak mengalah dan tidak mengalahkan.
B. KARIER DAN RUMAH
TANGGA
Bagi perempuan, berkarier adalah sebuah pilihan yang mempunyai konsekuensi bagi
rumahtangganya. Pemikiran yang mengagungkan peran domestik bagi perempuan telah terkikis seiring dengan perubahan
sosial yang terjadi. Kenyataan banyaknya peran publik yang diisi kaum perempuan
berkarier membuka suatu pengharapan bagi
kesejahteraan dirinya, keluarga, dan bangsa ini. Karier tidak berarti jabatan,
tetapi setiap pekerjaan yang disenangi dan dilakukan dengan sunguh-sungguh.
Tak dipungkiri naluri perempuan senantiasa peduli pada
kehidupan rumahtanggannya. Peran
perempuan di ranah publik sering menuai kritik. Hal ini perlu disikapi dengan
bijak dan tidak dengan kemarahan.
Kepercayaan penuh terhadap kaum perempuan yang punya daya adaptif dan
fleksibilitas dalam mengatur dua dunia, yaitu dunia domestik (rumah tangga) dan
dunia publik (pekerjaan) akan membawa kebaikan.
Dilema pengasuhan anak, rasa persaingan kekuasaan dengan
suami, pendidikan dalam keluarga, berkurangnya kehangatan dalam keluarga adalah
upaya membenturkan situasi yang abstrak. Hanyalah kesempatan, hanyalah
pengertian dan hanyalah kepercayaan yang sanggup melebur semua dilema perempuan
kerja dengan urusan rumah tangga.
Apapun tergantung persepsi, penilaian dan pemaknaan kerja dan pemaknaan
kehidupan rumah tangga yang dibangun. Jika persepsi, nilai dan pemaknaan kerja semuanya
positif, maka positif pula buah yang dihasilkan.
C. HALANGAN POTENSI
PEREMPUAN
Perempuan menyimpan potensi terpendam yang sangat
memungkinkan bagi aktualisasinya. Potensi perempuan tidak akan habis untuk direalisasikan menjadi
sesuatu yang aktual yang siap diperhitungkan siapapun.
Cara mencapai ketinggian derajat kaum perempuan adalah dengan
berupaya menghayati dan mengembangkan potensi diri secara mantap. Upaya
mencapai ketinggian derajat ini harus ditandai dengan beralihnya cara hidup
yang instinktif kepada cara hidup yang bebas, kritis dan dinamis.
Kesabaran, ketelatenan, kegigihan dan segudang potensi
perempuan adalah anugerah yang diberikan sang Kholik untuk direalisasikan.
Membekukan potensi apalagi menguburnya berarti menentang anugerah yang bisa
jadi merupakan musibah bagi kehidupan
generasi mendatang.
Dinding penghalang dalam merealisasikan potensi perempuan
dalam berkarier adalah nilai budaya dan konteks sosial pada sebagian
masyarakat. Dinding penghalang ini tidak
dapat diabaikan, namun seiring dengan perubahan jaman, dinding akan terbuka
seperti halnya fenomena timbulnya uban di kapala yang tadinya direspon dengan
panik. Uban saat baru muncul dan masih
sedikit dicabuti karena tidak diinginkan, tetapi setelah lama kemudian terus
meluas akan dibiarkan bahkan dipelihara dengan apiknya.
D. AKTUALISASI DIRI
Banyak yang mendengar tetapi gelap memahami aktualisasi diri itu. Dalam kamus praktis bahasa Indonesia, aktual berarti hangat, baru dan sedang
menarik perhatian orang banyak (Hartono, 1992). Sedangkan “diri” menurut filsafat Iqbal
sering dipadankan dengan istilah aku, pribadi, self, mind, khudi atau ego (dalam Ridinillah, 2005).
Diri mempunyai tingkatan kualitas, ada diri yang lebih rendah dan ada diri
yang lebih tinggi. Tinggi-rendahnya
kualitas diri tergantung kemampuan menghayati diri itu sendiri secara mantap. Dengan demikian, kualitas diri diri dapat menguat, dan juga dapat melemah.
Menguat-melemahnya kualitas diri dipengaruhi beberapa faktor, antara lain
faktor keberanian, toleransi, kreativitas dan sikap-tindakan lainnya. Sedangkan kualitas diri dapat melemah jika
bersikap penakut, peminta-minta, memperbudak diri dan juga kesombongan.
Kualitas diri seorang perempuan bukanlah barang jadi yang diberikan dari
“sono-nya”, tetapi melalui serangkaian pencapaian—secara prosesual. Dengan
begitu, kualitas diri perempuan akan senantiasa dinamik dimana dinamika
konstruktifnya harus dicapai dengan berjuang
untuk menuju tingkat kedirian yang tinggi dan sempurna. Hal ini tiada lain dengan pencapaian
aktualisasi diri.
Perbedaan laki-laki dan perempuan terjadi sebatas aspek seksis—jenis
kelamin dan tingkat kemampuan memikirkan masa yang akan datang untuk menjadi
lebih baik. Aktualisasi adalah jalan
untuk membuka belenggu keterbatasan peran perempuan, maka aktualisasi diri kaum
perempuan untuk diupayakan bukan untuk diabaikan.
Pencapaian aktualisasi diri menurut Maslow merupakan tingkatan manusia ideal. Sedangkan Nietzche seorang filsuf Jerman melalui konsep “Ubermensch”-nya
menggambarkan manusia ideal sebagai manusia yang mempunyai kemauan berkuasa. Sayangnya
ia pun menggambarkan sosok ideal itu sebagai sosok yang tidak terikat oleh
norma-norma masyarakat.
Nietzche memang radikal
memandang sosok ideal seorang manusia karena menurutnya seorang manusia ideal tidak perlu merasa berdosa atau bersalah, juga
tidak perlu mempunyai rasa cinta-kasih, sebab perasaan-perasaan itu adalah
perasaan budak dan anak kecil serta perasaan seorang penakut.
Lain lagi pemikiran Iqbal filsuf sekaligus
intelektual Muslim (1873-1938).
Baginya manusia ideal adalah
manusia yang telah mencapai aktualisasi diri yang disebutnya sebagai insan
kamil. bagi Iqbal, manusia ideal selalu
dilandasi oleh kerinduan akan Tuhan, selalu diliputi rasa cinta-kasih dan
pengakuan serta penghormatan terhadap adanya norma-moral dalam masyarakat. Konsep insan kamil merupakan perpaduan kekuatan
kerja dengan kekuatan pikiran, ingatan, akal budi, imajinasi dan temperamen
yang baik. Dengan demikian, manusia
sejati adalah sosok yang didalamnya terdapat kekuatan, wawasan, perbuatan dan
kebijaksanaan. Dalam hal ini kaum
perempuan karier sanggup memenuhinya.
Aktualisasi diri tidak bisa dicapai dengan sebatas menanti kesempatan yang
diberikan alam, alam tidak serta merta memberikan kesempatan itu. Aktualisasi diri harus diusahakan,
diperjuangkan dan terus dikembangkan.
Untuk itulah belantara aktualisasi perempuan berkarir perlu terus
dibuka, dipelajari dan di dalami sehingga memasukinya tiada kesulitan.
E. MODAL AKTUALISASI
Kebutuhan dasar manusia menurut
Maslow digambarkan berikut :
![]() |
|||||
![]() |
|||||
![]() |
Seringkali digambarkan bahwa pencapaian aktualisasi diri terbatas pada
kelas atau kalangan tertentu. Padahal
pada dasarnya “aktualisasi diri adalah
hasrat menjadi orang yang sesuai dengan keinginan dan potensi yang
dimilikinya—kebutuhan mengungkapkan diri (need
for self actualization)”.
Aktualisasi diri dapat dicapai kaum perempuan dengan jalan
berbuat yang terbaik, atau bekerja sebaik-baiknya sesuai dengan bidangnya
masing-masing. Bentuk aktualisasi diri akan berbeda pada setiap orang (Koswara,1986)
Dubrin (1997)
dalam bukunya “Stand Out : 330 Way For Gaining the Edge with Bosses,
Co-Workers, subordinates, and Customer, telah merumuskan berbagai strategi yang teruji untuk memenangkan persaingan maupun
kebersamaan dalam pekerjaan.
Setiap orang
lahir dengan keunikannya. Seseorang yang
giginya jontos, perutnya gembrot, bahkan badannya begitu mini bisa menjadi
orang terkenal dan disanjung banyak orang dilayar kaca. Untuk menjadi pribadi menonjol yang siap
mengaktualisasikan diri hendaknya tidak mendiskon diri. Banyak cara dan variasi
mendiskon diri, sayangnya hal ini tak layak untuk diteladani.
Modal yang
diperlukan bagi perempuan karier adalah cara bersikap, bertindak dan berbicara
profesional sehingga akan menjadi pribadi yang menonjol yang jika tampil selalu
mengesankan.
Hal lain yang
merupakan modal bagi aktualisasi diri, antara lain berpakaian, cara
berjabattangan, cara berdiri dan gaya bicara.
Berpakaian,
Berpakaian rapi dan bersih akan memberi
kesan positif. Dalam
keseharian, tak sedikit orang berkata “ah, ngapain ngurusin pakaian, yang
penting hati—nurani kita bersih, yang penting kemampuan kita banyak. Bagi kebanyakan orang, terlalu samar untuk mengukur
baik-buruknya seseorang dari hati nurani.
Kita Ingat kata bijak mengatakan “ luas lautan bisa diarungi, tapi
hati orang siapa tahu”. Jadi, penampilan fisik tampak jelas lebih terukur daripada
mengandalkan hati nurani untuk memberikan kesan pertama.
Bila kita amati,
penampilan orang akan dilihat dari pakaian dan cara berpakaiannya. Kekaguman dari penampilannya tak bisa
dihindarkan. Suatu hari tampak seseorang berpakaian kumal, kerut-kerut pakaiannya
tampak karena tak sempat disetrika dan rupanya lupa pula untuk sekedar setetes
dua tetes parfum. Walaupun ia orang yang
sangat percaya diri, namun orang lain akan bersikap lain dan berbeda
penghormatannya dengan ketika ia
berpenampilan yang mengenakan pakaian bagus, rapi dan harum. Rasa percaya diri boleh tinggi, tetapi orang-orang akan bersikap acuh dan kurang respek bila
tidak memperhatikan diri. Jangan sampai menjadi perempuan yang kehilangan
selera dan insting untuk berestetika
Genggaman erat, ketika berjabat-tangan,
Kehangatan,
penerimaan dan kekuatan persahabatan dapat dirasakan dari gengaman
jabat-tangan. Teringat seorang pegawai
senior di Pulau Buru (Maluku) yang begitu luar biasa yang disenangi setiap
rekan kerjanya. Dilihat dari kinerjanya
sebenarnya tak begitu mengagumkan,
bahkan boleh dibilang cenderung waktu kerja dihabiskan untuk memikirkan
anak-anak dirumahnya. Terkadang harus
melarikan diri membeli lauk-pauk ke pasar lalu kembali ke tempat kerja. Seringkali tergesa-gesa pulang untuk memasak
makanan buat makan siang keluarga.
Sebelum ke kantor pun tenaganya telah terkuras untuk
menggilas setumpuk cucian. Datang ke
tempat kerja kesiangan. Tapi….mengapa
tak ada sepatah kata pun yang mencibir, mengkritik dan menyindir dirinya. Seolah kehadirannya saja cukup menyejukkan
sebagai sahabat yang hangat.
Ada apa dengan
jabat tangan ? Kunci penerimaan dan
kekuatan persahabatan terletak pada kebiasaan jabat-tangan yang kuat dan
hangat.
Setiap bertemu orang selalu berjabattangan. Genggaman
kuat dengan berujar,” apa kabar ? Terasa kalau jabat-tangannya bukan suatu pembelaan diri
karena ia kesiangan atau basa-basi, tapi apapun alasan dalam dirinya, kenyataan
yang dirasakan setiap orang yang disalaminya menjadi kekuatan persahabatan. Melalui genggaman jabat-tangan yang
kuat—seolah ada rasa rindu ketika bertemu siapapun, begitu pun orang yang
dijabat-tanggannya, begitu hormat dan kagum.
Berdiri Kokoh,
Mengokohkan Pribadi,
Saat
berdiri, tangan ke bawah dengan leluasa dan kaki merenggang sekitar 40 cm
adalah kekokohan. Memang tampak kesombongan
yang ditampilkan. Jangan khawatir
tentang itu. Sebenarnya para pengembang
kepribadian sedang memberikan tantangan untuk menghadapi sebuah pergulatan
antara rasa rendah diri dengan tampil percaya diri secara tegas—lugas.
Kebanyakan kaum perempuan karir, sikap dan gayanya
menunduk-nunduk, tidak kuasa berdiri kokoh untuk memproklamirkan inilah saya. Kaki
agak merengang dengan tolak pinggang
ibarat mengepakkan sayap dari seekor ayam jantan yang memang jantan. Tapi
ingat, keberadaan seseorang perlu diperhitungkan sehingga konteks yang ada
tidak disamaratakan. Lalu, kapan
strategi ini dilakukan. Ya, strategi ini
dilakukan ketika suasana santai dikelilingi banyak orang, tapi bukan ketika
dikelilingi para atasan.
Kecanggungan
akan terasa saat pertama kali melakukannya, tetapi kebanggaan akan dirasakan
ketika orang lain memperhatikan, mendekat dan mulai membuka percakapan. Selanjutnya terserah, lakukan seni
berbicara--berkomunikasi yang efektif.
Saat Bicara Didepan Umum,
Arahkan telunjuk searah lantai dan ibu jari di sisi kanan
seperti sedang menggenggam pistol. Kharisma gaya ini seolah sedang membidik dan
siap menembak sasaran yang lengah, maka
setiap orang yang ditatap akan memperhatikan setiap langkah dan gerakan
anda. Jadikan kesempatan ini untuk
menggugah dan membangun kepercayaan bahwa anda penuh kekuatan.
Gaya ini untuk memotivasi atau memberikan paparan yang perlu antusiasme.
Gaya ini hasil penemuan riset Du Brin (1997),
Gaya Bahasa Berbumbu,
Bumbuilah bahasa, maka setiap orang akan membedakan cita
rasa dari setiap tuturnya. Kehebatan berbicara mencerminkan
pencitraan diri. Pigur seorang
perempuan karier sering kali kata-katanya bermagis hingga orang percaya apa yang dikatakannya, mengapa ?
karena ada bumbu yang ditabur dari si pembicara.
F. KESIMPULAN
Dalam sejarahnya, perempuan lebih banyak mengalami
kekalahan dan penindasan karena faktor fisik, ekonomi dan sosial. Faktor fisik,
kekalahan perempuan karena adanya kesan
kuat dan kasar dari laki-laki, namun kini justeru bergeser dimana kesan fisik
yang lembut dan cantik lebih disukai.
Fenomena ini merasuk pada laki-laki berkelas yang cenderung feminin. Tanpa malu-malu, bahkan semakin malu-maluin kaum laki-laki lebih modis dari
perempuan. Tengoklah laki-laki rambutnya
yang panjang dan bercat, sabun cuci mukanya yang beragam dan…..aroma parfumnya
yang beraneka wewangian. Secara fisik, walaupun kecenderungan laki-laki
bersikap feminin, namun kecantikan tetap dimiliki perempuan. Bila laki-laki terkesan cantik, maka cap
abnormal akan disandangnya.
Ternyata dalam dunia kerja atau dalam berkarier,
perempuan tidak terlepas dari keunggulan penampilannya. Penampilan alamiah
berupa kulit kenyal, mulus dan halus sangat membantu. Kini persaingan antara perempuan dan
laki-laki dalam aspek penampilan makin ketat.
Kondisi dimana penampilan menjadi modal dalam berkarier
dan berkatualisasi, maka industri minyak wangi meluncurkan aneka wewangian
dalam botol. Jurnal perempuan memuat artikel yang menyebutkan bahwa banyak
industri minyak wangi yang keluar dari perangkap seksis. Este Lauder, Channel dan Revlon tidak mau
didikte oleh laki-laki sehingga tidak mengikuti selera laki-laki. Lain hal dengan CK—Calvin Klein yang dibuat
sejak 1994, menurut direkturnya Ann Gottlieb dibuat untuk mengaburkan
pembatasan gender sehingga dapat digunakan laki-laki maupun perempuan (jurnal
perempuan edisi XII, Desember 1999).
Apa dibalik semua itu ? Perempuan karier mempunyai hak
untuk sukses dan terus mengembangkan dirinya.
Konsekuensi logisnya adalah segala potensi dikembangkan dan
diaktualisasikan dalam pekerjaan. Dengan
demikian, perlumeng asah pengetahuan dan kemampuan melalui pelatihan. Perlu menjaga penampilan luar dan dalam
sehingga karier adalah sebuah tantangan hidup dan bukan menentang kodratiah,
apalagi menentang kekuasaan laki-laki.
G. REKOMENDASI
Perempuan berkarier bukan atas dasar egoisme untuk
kesejahteraan dirinya. Perempuan selalu memikirkan
keluarga dan orang lain. Persoalannya, perempuan karier lebih diuntungkan
dengan fasilitas dan insentif yang diperjuangkannya dan kesejahteraan diri pastinya
akan menerima hasil terlebih dahulu.
Dilema perempuan karier adalah sebuah problema yang
pemecahanya sudah tersedia dalam dirinya. Konstruksi sosial budaya yang justeru
memberatkan aktualisasi perempuan karier.
Dedikasi, kejujuran, ketahanan fisik-mentalitas, tanggung jawab,
kecerdasan emosional dan disiplin adalah bagian dari keunggulan perempuan
sekaligus alat pemecah masalah yang dihadapi dalam pekerjaan.
Perempuan karier mempunyai berbagai keuntungan, yakni
keleluasaan mengembangkan diri, keleluasaan mengelola keuangan, keleluasaan
berkreasi, keleluasaan dalam pergaulan sosial dan keleluasaan memutuskan
berbagai alternatif pilihan.
Jadi aktualisasi perempuan dalam berkarier, bukan
pencarian aspek ekonomik semata, melainkan media perjumpaan dengan kesejatian
dirinya yang potensial. Karier memberikan kebahagiaan karena dengan aktual berkarier dapat memenuhi kebutuhan fisik, mental dan
sosial. Kesejahteran perempuan adalah
kesejahteran keluarga dan kesejahteraan bagi bangsa.
PUSTAKA ACUAN
Gunawan, Agus Elia. 2007. Strategi Aktualisasi Diri. Cara Membangun Kesadaran
Tentang Diri yang Unik Potensial dan Aktual : Siap Diperhitungkan
Siapapun. BBPPKS Bandung .
Hartono.
1992. Kamus Praktis Bahasa Indonesia .
Jakarta :
Rineka Cipta.
Jurnal
Perempuan. Pria Feminis, Why Not ? . Edisi XII/Nopember-Desember 1999.
Koswara.
1986. Teori-Teori Kepribadian. Jakarta
: Eresco.
Ridinillah,
Mustofa Anshori. 2005. Agama dan Aktualisasi Diri. Perspektif Filsafat Muhammad Iqbal. Yogyakarta : Badan Penerbitan Filsafat UGM.
BIOGRAFI PENULIS
Agus Elia, Saat ini bekerja sebagai
Pegawai Kementerian Sosial
No comments:
Post a Comment