Search This Blog

Search This Blog

Thursday, January 8, 2015

AKTUALISASI PEREMPUAN KARIER


Oleh : Agus Elia Gunawan

ABSTRAKS
Sejatinya berkarier merupakan media bagi kaum perempuan untuk mengeksplorasi potensi, minat dan bakatnya.  Berkarier merupakan jalan menuju aktualisasi diri.  Namun demikian dalam  perjalannya polisi tidur merintangi, kerikil tajam  mengelilingi, nilai sosial yang menentang pun memagari dan membatasi ruanggeraknya. Kegigihan mengembangkan talenta diri perempuan telah membuka harapan menuju kesejatian. Kini semakin nyata secercah cahaya menuju kesejahteraan perempuan yang semakin kemilau.

A. PENDAHULUAN
Bagaimana tabir aktualisasi dan kesejahteraan ini mulai terbuka bagi kaum perempuan ? berikut ulasan yang berpijak dari sejumlah dilema perempuan karier, kemudian membongkar realita dengan gebrakan kinerja yang sanggup menyumbangkan nilai manfaat  bagi lingkungan sekitarnya.  Inilah sebuah realita kehidupan kaum perempuan yang berkarya menerobos dilema bak air yang selalu mengalir dengan kerendahan, tidak mengalah dan tidak mengalahkan.

B. KARIER DAN RUMAH TANGGA

Bagi perempuan, berkarier adalah sebuah  pilihan yang mempunyai konsekuensi bagi rumahtangganya. Pemikiran yang mengagungkan peran domestik bagi perempuan telah terkikis seiring dengan perubahan sosial yang terjadi. Kenyataan banyaknya peran publik yang diisi kaum perempuan berkarier  membuka suatu pengharapan bagi kesejahteraan dirinya, keluarga, dan bangsa ini. Karier tidak berarti jabatan, tetapi setiap pekerjaan yang disenangi dan dilakukan dengan sunguh-sungguh.
Tak dipungkiri naluri perempuan senantiasa peduli pada kehidupan rumahtanggannya.  Peran perempuan di ranah publik sering menuai kritik. Hal ini perlu disikapi dengan bijak dan tidak dengan kemarahan.  Kepercayaan penuh terhadap kaum perempuan yang punya daya adaptif dan fleksibilitas dalam mengatur dua dunia, yaitu dunia domestik (rumah tangga) dan dunia publik (pekerjaan) akan membawa kebaikan.
Dilema pengasuhan anak, rasa persaingan kekuasaan dengan suami, pendidikan dalam keluarga, berkurangnya kehangatan dalam keluarga adalah upaya membenturkan situasi yang abstrak. Hanyalah kesempatan, hanyalah pengertian dan hanyalah kepercayaan yang sanggup melebur semua dilema perempuan kerja dengan urusan rumah tangga.   Apapun tergantung persepsi, penilaian dan pemaknaan kerja dan pemaknaan kehidupan rumah tangga yang dibangun. Jika persepsi, nilai dan pemaknaan kerja semuanya positif, maka positif pula buah yang dihasilkan.

C. HALANGAN POTENSI PEREMPUAN

Perempuan menyimpan potensi terpendam yang sangat memungkinkan bagi aktualisasinya. Potensi perempuan  tidak akan habis untuk direalisasikan menjadi sesuatu yang aktual yang siap diperhitungkan siapapun. 
Cara mencapai ketinggian derajat kaum perempuan adalah dengan berupaya menghayati dan mengembangkan potensi diri secara mantap. Upaya mencapai ketinggian derajat ini harus ditandai dengan beralihnya cara hidup yang instinktif kepada cara hidup yang bebas, kritis dan dinamis.
Kesabaran, ketelatenan, kegigihan dan segudang potensi perempuan adalah anugerah yang diberikan sang Kholik untuk direalisasikan. Membekukan potensi apalagi menguburnya berarti menentang anugerah yang bisa jadi merupakan  musibah bagi kehidupan generasi mendatang.
Dinding penghalang dalam merealisasikan potensi perempuan dalam berkarier adalah nilai budaya dan konteks sosial pada sebagian masyarakat.  Dinding penghalang ini tidak dapat diabaikan, namun seiring dengan perubahan jaman, dinding akan terbuka seperti halnya fenomena timbulnya uban di kapala yang tadinya direspon dengan panik.  Uban saat baru muncul dan masih sedikit dicabuti karena tidak diinginkan, tetapi setelah lama kemudian terus meluas akan dibiarkan bahkan dipelihara dengan apiknya.


D. AKTUALISASI DIRI
Banyak yang mendengar tetapi gelap memahami aktualisasi diri itu.  Dalam kamus praktis bahasa Indonesia,  aktual berarti hangat, baru dan sedang menarik perhatian orang banyak (Hartono, 1992).  Sedangkan “diri” menurut  filsafat Iqbal  sering dipadankan dengan istilah aku, pribadi, selfmind, khudi atau ego (dalam Ridinillah, 2005).
Diri mempunyai tingkatan kualitas, ada diri yang lebih rendah dan ada diri yang lebih tinggi.  Tinggi-rendahnya kualitas diri tergantung kemampuan menghayati diri itu sendiri secara mantap. Dengan demikian, kualitas diri diri dapat menguat, dan juga dapat melemah.
Menguat-melemahnya kualitas diri dipengaruhi beberapa faktor, antara lain faktor keberanian, toleransi, kreativitas dan sikap-tindakan lainnya.   Sedangkan kualitas diri dapat melemah jika bersikap penakut, peminta-minta, memperbudak diri dan juga kesombongan.
Kualitas diri seorang perempuan bukanlah barang jadi yang diberikan dari “sono-nya”, tetapi melalui serangkaian pencapaian—secara prosesual. Dengan begitu, kualitas diri perempuan akan senantiasa dinamik dimana dinamika konstruktifnya harus dicapai dengan berjuang  untuk menuju tingkat kedirian yang tinggi dan sempurna.  Hal ini tiada lain dengan pencapaian aktualisasi diri.
Perbedaan laki-laki dan perempuan terjadi sebatas aspek seksis—jenis kelamin dan tingkat kemampuan memikirkan masa yang akan datang untuk menjadi lebih baik.  Aktualisasi adalah jalan untuk membuka belenggu keterbatasan peran perempuan, maka aktualisasi diri kaum perempuan untuk diupayakan bukan untuk diabaikan.
Pencapaian aktualisasi diri  menurut Maslow  merupakan tingkatan manusia ideal.  Sedangkan Nietzche seorang   filsuf Jerman melalui konsep “Ubermensch”-nya menggambarkan manusia ideal sebagai manusia yang mempunyai kemauan berkuasa. Sayangnya ia pun menggambarkan sosok ideal itu sebagai sosok yang tidak terikat oleh norma-norma masyarakat.
Nietzche memang  radikal memandang sosok ideal seorang manusia karena menurutnya seorang manusia ideal  tidak perlu merasa berdosa atau bersalah, juga tidak perlu mempunyai rasa cinta-kasih, sebab perasaan-perasaan itu adalah perasaan budak dan anak kecil serta perasaan seorang penakut.
Lain lagi pemikiran Iqbal filsuf sekaligus intelektual Muslim (1873-1938).  Baginya  manusia ideal adalah manusia yang telah mencapai aktualisasi diri yang disebutnya sebagai insan kamil.  bagi Iqbal, manusia ideal selalu dilandasi oleh kerinduan akan Tuhan, selalu diliputi rasa cinta-kasih dan pengakuan serta penghormatan terhadap adanya norma-moral dalam masyarakat.  Konsep insan kamil merupakan perpaduan kekuatan kerja dengan kekuatan pikiran, ingatan, akal budi, imajinasi dan temperamen yang baik.   Dengan demikian, manusia sejati adalah sosok yang didalamnya terdapat kekuatan, wawasan, perbuatan dan kebijaksanaan.  Dalam hal ini kaum perempuan karier sanggup memenuhinya.
Aktualisasi diri tidak bisa dicapai  dengan sebatas menanti kesempatan yang diberikan alam, alam tidak serta merta memberikan kesempatan itu.  Aktualisasi diri harus diusahakan, diperjuangkan dan terus dikembangkan.  Untuk itulah belantara aktualisasi perempuan berkarir perlu terus dibuka, dipelajari dan di dalami sehingga memasukinya tiada kesulitan.

E. MODAL AKTUALISASI

            Kebutuhan dasar manusia menurut Maslow digambarkan berikut :
 













Seringkali digambarkan bahwa pencapaian aktualisasi diri terbatas pada kelas atau kalangan tertentu.  Padahal pada dasarnya  “aktualisasi diri adalah hasrat menjadi orang yang sesuai dengan keinginan dan potensi yang dimilikinya—kebutuhan mengungkapkan diri (need for self actualization)”.
Aktualisasi diri dapat dicapai kaum perempuan dengan jalan berbuat yang terbaik, atau bekerja sebaik-baiknya sesuai dengan bidangnya masing-masing. Bentuk aktualisasi diri akan berbeda pada setiap orang (Koswara,1986)
Dubrin (1997) dalam bukunya “Stand Out : 330 Way For Gaining the Edge with Bosses, Co-Workers, subordinates, and Customer,  telah merumuskan berbagai strategi yang teruji  untuk memenangkan persaingan maupun kebersamaan dalam pekerjaan.
Setiap orang lahir dengan keunikannya.  Seseorang yang giginya jontos, perutnya gembrot, bahkan badannya begitu mini bisa menjadi orang terkenal dan disanjung banyak orang dilayar kaca.  Untuk menjadi pribadi menonjol yang siap mengaktualisasikan diri hendaknya tidak mendiskon diri. Banyak cara dan variasi mendiskon diri, sayangnya hal ini tak layak untuk diteladani.
Modal yang diperlukan bagi perempuan karier adalah cara bersikap, bertindak dan berbicara profesional sehingga akan menjadi pribadi yang menonjol yang jika tampil selalu mengesankan.
Hal lain yang merupakan modal bagi aktualisasi diri, antara lain berpakaian, cara berjabattangan, cara berdiri dan gaya bicara.
Berpakaian,
Berpakaian rapi dan bersih akan memberi kesan positif.             Dalam keseharian, tak sedikit orang berkata “ah, ngapain ngurusin pakaian, yang penting hati—nurani kita bersih, yang penting kemampuan kita banyak.  Bagi kebanyakan orang, terlalu samar untuk mengukur baik-buruknya seseorang dari hati nurani.  Kita Ingat kata bijak mengatakan “ luas lautan bisa diarungi, tapi hati orang siapa tahu”.   Jadi, penampilan  fisik tampak jelas lebih terukur daripada mengandalkan hati nurani untuk memberikan kesan pertama. 
Bila kita amati, penampilan orang akan dilihat dari pakaian dan cara berpakaiannya.   Kekaguman dari penampilannya tak bisa dihindarkan.  Suatu hari tampak seseorang  berpakaian kumal, kerut-kerut pakaiannya tampak karena tak sempat disetrika dan rupanya lupa pula untuk sekedar setetes dua tetes parfum.  Walaupun ia orang yang sangat percaya diri,  namun  orang lain akan bersikap lain dan berbeda penghormatannya  dengan ketika ia berpenampilan yang mengenakan pakaian bagus, rapi dan harum.   Rasa percaya diri boleh tinggi, tetapi  orang-orang  akan bersikap acuh dan kurang respek bila tidak memperhatikan diri. Jangan sampai menjadi perempuan yang kehilangan selera dan insting untuk berestetika

Genggaman  erat, ketika berjabat-tangan,
Kehangatan, penerimaan dan kekuatan persahabatan dapat dirasakan dari gengaman jabat-tangan.  Teringat seorang pegawai senior di Pulau Buru (Maluku) yang begitu luar biasa yang disenangi setiap rekan kerjanya.  Dilihat dari kinerjanya sebenarnya  tak begitu mengagumkan, bahkan boleh dibilang cenderung waktu kerja dihabiskan untuk memikirkan anak-anak dirumahnya.  Terkadang harus melarikan diri membeli lauk-pauk ke pasar lalu kembali ke tempat kerja.  Seringkali tergesa-gesa pulang untuk memasak makanan buat makan siang keluarga.
Sebelum ke kantor pun tenaganya telah terkuras untuk menggilas setumpuk cucian.  Datang ke tempat kerja kesiangan.  Tapi….mengapa tak ada sepatah kata pun yang mencibir, mengkritik dan menyindir dirinya.  Seolah kehadirannya saja cukup menyejukkan sebagai sahabat yang hangat.
           Ada apa dengan jabat tangan ?  Kunci penerimaan dan kekuatan persahabatan terletak pada kebiasaan jabat-tangan yang kuat dan hangat.  
Setiap bertemu orang selalu berjabattangan. Genggaman kuat dengan berujar,” apa kabar  ?  Terasa kalau jabat-tangannya bukan suatu pembelaan diri karena ia kesiangan atau basa-basi, tapi apapun alasan dalam dirinya, kenyataan yang dirasakan setiap orang yang disalaminya menjadi kekuatan persahabatan.  Melalui genggaman jabat-tangan yang kuat—seolah ada rasa rindu ketika bertemu siapapun, begitu pun orang yang dijabat-tanggannya, begitu hormat dan kagum.

Berdiri Kokoh, Mengokohkan Pribadi,
           Saat berdiri, tangan ke bawah dengan leluasa dan kaki merenggang sekitar 40 cm adalah kekokohan.  Memang tampak kesombongan yang ditampilkan.   Jangan khawatir tentang itu.  Sebenarnya para pengembang kepribadian sedang memberikan tantangan untuk menghadapi sebuah pergulatan antara rasa rendah diri dengan tampil percaya diri secara tegas—lugas.
Kebanyakan kaum perempuan karir, sikap dan gayanya menunduk-nunduk, tidak kuasa berdiri kokoh untuk memproklamirkan inilah saya. Kaki agak merengang dengan  tolak pinggang ibarat mengepakkan sayap dari seekor ayam jantan yang memang jantan. Tapi ingat, keberadaan seseorang perlu diperhitungkan sehingga konteks yang ada tidak disamaratakan.  Lalu, kapan strategi ini dilakukan. Ya,  strategi ini dilakukan ketika suasana santai dikelilingi banyak orang, tapi bukan ketika dikelilingi para atasan.
           Kecanggungan akan terasa saat pertama kali melakukannya, tetapi kebanggaan akan dirasakan ketika orang lain memperhatikan, mendekat dan mulai membuka percakapan.  Selanjutnya terserah, lakukan seni berbicara--berkomunikasi yang efektif.

Saat Bicara Didepan Umum,
Arahkan telunjuk searah lantai dan ibu jari di sisi kanan seperti sedang menggenggam pistol. Kharisma gaya ini seolah sedang membidik dan siap menembak sasaran yang lengah,  maka setiap orang yang ditatap akan memperhatikan setiap langkah dan gerakan anda.    Jadikan kesempatan ini untuk menggugah dan membangun kepercayaan bahwa anda penuh  kekuatan.  Gaya ini untuk memotivasi atau memberikan paparan yang perlu antusiasme. Gaya ini hasil penemuan riset Du Brin (1997),

Gaya Bahasa Berbumbu,
Bumbuilah bahasa, maka setiap orang akan membedakan cita rasa dari setiap tuturnya.              Kehebatan berbicara mencerminkan pencitraan diri.   Pigur seorang perempuan karier sering kali kata-katanya bermagis  hingga orang percaya apa yang dikatakannya,  mengapa ?  karena ada bumbu yang ditabur dari si pembicara. 
           
F. KESIMPULAN

Dalam sejarahnya, perempuan lebih banyak mengalami kekalahan dan penindasan karena faktor fisik, ekonomi dan sosial. Faktor fisik, kekalahan perempuan karena  adanya kesan kuat dan kasar dari laki-laki, namun kini justeru bergeser dimana kesan fisik yang lembut dan cantik lebih disukai.  Fenomena ini merasuk pada laki-laki berkelas yang cenderung feminin. Tanpa malu-malu, bahkan semakin malu-maluin kaum laki-laki lebih modis dari perempuan.  Tengoklah laki-laki rambutnya yang panjang dan bercat, sabun cuci mukanya yang beragam dan…..aroma parfumnya yang beraneka wewangian. Secara fisik, walaupun kecenderungan laki-laki bersikap feminin, namun kecantikan tetap dimiliki perempuan.  Bila laki-laki terkesan cantik, maka cap abnormal akan disandangnya.
Ternyata dalam dunia kerja atau dalam berkarier, perempuan tidak terlepas dari keunggulan penampilannya. Penampilan alamiah berupa kulit kenyal, mulus dan halus sangat membantu.  Kini persaingan antara perempuan dan laki-laki dalam aspek penampilan makin ketat.
Kondisi dimana penampilan menjadi modal dalam berkarier dan berkatualisasi, maka industri minyak wangi meluncurkan aneka wewangian dalam botol. Jurnal perempuan memuat artikel yang menyebutkan bahwa banyak industri minyak wangi yang keluar dari perangkap seksis.  Este Lauder, Channel dan Revlon tidak mau didikte oleh laki-laki sehingga tidak mengikuti selera laki-laki.  Lain hal dengan CK—Calvin Klein yang dibuat sejak 1994, menurut direkturnya Ann Gottlieb dibuat untuk mengaburkan pembatasan gender sehingga dapat digunakan laki-laki maupun perempuan (jurnal perempuan edisi XII, Desember 1999).
Apa dibalik semua itu ? Perempuan karier mempunyai hak untuk sukses dan terus mengembangkan dirinya.  Konsekuensi logisnya adalah segala potensi dikembangkan dan diaktualisasikan dalam pekerjaan.  Dengan demikian, perlumeng asah pengetahuan dan kemampuan melalui pelatihan.  Perlu menjaga penampilan luar dan dalam sehingga karier adalah sebuah tantangan hidup dan bukan menentang kodratiah, apalagi menentang kekuasaan laki-laki.

G. REKOMENDASI

Perempuan berkarier bukan atas dasar egoisme untuk kesejahteraan dirinya.  Perempuan selalu memikirkan keluarga dan orang lain. Persoalannya, perempuan karier lebih diuntungkan dengan fasilitas dan insentif yang diperjuangkannya dan kesejahteraan diri pastinya akan menerima hasil terlebih dahulu.
Dilema perempuan karier adalah sebuah problema yang pemecahanya sudah tersedia dalam dirinya.  Konstruksi sosial budaya yang justeru memberatkan aktualisasi perempuan karier.   Dedikasi, kejujuran, ketahanan fisik-mentalitas, tanggung jawab, kecerdasan emosional dan disiplin adalah bagian dari keunggulan perempuan sekaligus alat pemecah masalah yang dihadapi dalam pekerjaan.
Perempuan karier mempunyai berbagai keuntungan, yakni keleluasaan mengembangkan diri, keleluasaan mengelola keuangan, keleluasaan berkreasi, keleluasaan dalam pergaulan sosial dan keleluasaan memutuskan berbagai alternatif pilihan.
Jadi aktualisasi perempuan dalam berkarier, bukan pencarian aspek ekonomik semata, melainkan media perjumpaan dengan kesejatian dirinya yang potensial.  Karier memberikan kebahagiaan karena dengan aktual berkarier  dapat memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial.  Kesejahteran perempuan adalah kesejahteran keluarga dan kesejahteraan bagi bangsa.

PUSTAKA ACUAN

Gunawan, Agus Elia. 2007. Strategi Aktualisasi Diri.  Cara Membangun Kesadaran Tentang Diri yang Unik Potensial dan Aktual : Siap Diperhitungkan Siapapun. BBPPKS Bandung.
Hartono. 1992. Kamus Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.
Jurnal Perempuan. Pria Feminis, Why Not ? . Edisi XII/Nopember-Desember 1999.
Koswara. 1986. Teori-Teori Kepribadian. Jakarta : Eresco.
Ridinillah, Mustofa Anshori. 2005. Agama dan Aktualisasi Diri. Perspektif Filsafat Muhammad Iqbal. Yogyakarta  : Badan Penerbitan Filsafat UGM.

BIOGRAFI PENULIS

Agus Elia, Saat ini bekerja sebagai Pegawai Kementerian Sosial

No comments:

Post a Comment