1. Trust
Kepercayaan
(trust) adalah suatu konsep yang kompleks dan sulit untuk dijabarkan
karena menyangkut banyak faktor, bervariasi sesuai dengan harapan yang ada
dalam berbagai bentuk hubungan dan berubah-ubah sepanjang perjalanan suatu
hubungan. Para peneliti mempunyai penekanan dan pendapat yang bervariasi
tentang definisi kepercayaan.
Trust
menurut Robert D Putnam (1993, 1995 dan 2002) dalam Hasbullah (2006:11) adalah
suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan sosialnya yang
didasari oleh perasaan yakin bahwa orang lain akan melakukan sesuatu seperti
yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang
saling mendukung, paling tidak, yang lain tidak akan bertindak merugikan diri
dan kelompoknya. Fukuyama (1995, 2002)
dalam Hasbullah (2006:11) memandang trust sebagai sikap saling
mempercayai di masyarakat yang memungkinkan masyarakat tersebut saling bersatu
dengan yang lain dan memberikan kontribusi pada peningkatan modal sosial.
Sebagian
besar definisi kontemporer dari “trust” mencoba untuk menangkap
kompleksitas “trust” melalui definisi multidimensional secara eksplisit,
menonjolkan banyak sisi dari suatu hubungan saling percaya. Seperti yang
dikutip dari http://www.scribd.com/doc/11465624/Nambah-Ilmu-Tentang-Konsep-Organizational-Trust,
Trust didefinisikan sebagai :
“Suatu
keyakinan individu atau keyakinan yang biasa dijumpai dalam suatu kelompok
individu, bahwa individu atau kelompok lain (a) berupaya sebaik-baiknya untuk
berperilaku sesuai dengan komitmen yang ada baik secara implisit atau
eksplisit, (b) berlaku jujur dalam negosiasi apapun yang mendahului komitmen
tersebut, dan (c) tidak mengambil keuntungan berlebihan dari pihak lain
meskipun ada peluang terbuka … Peneliti lain mendefinisikan trust
sebagai kerelaan suatu pihak untuk menjadi rentan (vulnerable) terhadap
pihak lain berdasarkan keyakinan bahwa pihak lain tadi (a) kompeten, (b)
terpercaya, (c) terbuka dan (d) peduli.
Dari
beberapa penjelasan di atas, maka dalam trust terdapat unsur-unsur
transparan, tulus, kompeten, memberikan waktu yang berkualitas, saling
menghormati, bertanggung jawab, fokus pada umpan balik, berbudi bahasa yang baik, memegang janji dan
konsisten dalam melakukan semua unsur tersebut
2. Trust
Building
Membangun kepercayaan diibaratkan
bangunan rumah yang memiliki pilar-pilar yang kokoh. Salah satu pilar itu
runtuh akan berpengaruh terhadap kekuatan bangunan itu. Perdamaian akan kokoh,
jika ditopang oleh pilar-pilar kepercayaan pemangku kepentingan. Jika
kepercayaan itu sulit dibangun jangan berharap perdamaian akan terwujud, konflik
akan semakin meningkat. Oleh karena itu, membangun sebuah perdamaian hendaknya
diiringi dengan upaya meningkatkan kepercayaan diantara pemangku kepentingan
yang terlibat dalam konflik.
Untuk membangun kepercayaan (trust
building) dibutuhkan pemahaman terhadap titik kunci yang dapat meningkatkan
kepercayaan. Penelitian yang ada menunjukkan bahwa kepercayaan didapatkan dari
beberapa hal penting yang mendasar: achieving results (pencapaian
hasil), acting with integrity (bekerja dengan integritas), dan demonstrating
concern (menunjukkan perhatian). Untuk mewujudkan kepercayaan tingkat
tinggi, faktor-faktor ini harus ditunjukkan dan dipraktikan secara konsisten.
Key Leverage
Points
Trust Imperatives
![]() |
![]() |
||
![]() |
|||
![]() |
|||
Gambar
1. Building Trust
(Sumber
: Shaw, Robert Bruce, Trust in the Balance, Chapter 2 : Defining Trust : The
Basic, Jossey-Bass Inc.Publisher, California : 1995 dalam http://www.scribd.com/doc/11465624/Nambah-Ilmu-Tentang-Konsep- Organizational-Trust)
Keterangan
:
a.
Pencapaian Hasil (achieving
results)
Kunci pertama dan mungkin paling penting
guna mendapatkan trust adalah
melibatkan performansi seseorang dalam memenuhi kewajiban dan komitmen
mereka. Jadi dalam hal ini trust diberikan atas dasar kompetensi dan kemampuan
menghasilkan sesuatu dan bukan masalah personal ataupun sifat-sifat seseorang.
Dalam hal ini trust memerlukan bukti bahwa mereka yang kita percayai
dapat memberikan hasil sebagaimana yang kita harapkan.
b.
Bekerja dengan
Integritas (acting with integrity)
Kunci kedua adalah bekerja dengan
integritas. Integritas adalah kejujuran ucapan seseorang dan konsistensi
tindakannya. Trust membutuhkan suatu bukti bahwa pada situasi tertentu,
harapan kita yang paling penting dapat terpenuhi. Kesenjangan antara yang kita
antisipasi dan yang sebenarnya terjadi seringkali menimbulkan distrust.
Integritas dalam organisasi dan trust
yang dihasilkannya dilandasi oleh beberapa tindakan penting seperti : (1)
mendefinisikan tujuan dengan jelas, (2) hadapi realita dan bersifat terbuka
untuk berbagi dan menerima informasi penting, (3) memiliki agenda terbuka (4)
Junjung tinggi komitmen
c. Menunjukkan
Perhatian (demonstrating concern)
Kunci ketiga adalah menunjukkan
perhatian kepada pihak lain. Perhatian ini meliputi sejauhmana kita meyakini
pihak lain mendukung kesejahteraan kita atau kesejahteraan semua pihak. Dengan
kata lain, kunci tentang perhatian ini mensyaratkan bahwa mereka yang kita
percayai bertanggung jawab terhadap kepentingan kita bahkan dalam menghadapi
tekanan yang berpotensi menimbulkan situasi konflik. Perhatian dan trust yang
dihasilkan berasal dari beberapa tindakan penting, yaitu (1) buatlah satu visi
dalam satu organisasi, (2) tunjukkan keyakinan terhadap kemampuan orang lain,
(3) Perkuat kekeluargaan dan dialog, dan (4) akui kontibusi.
Untuk mempertahankan kepercayaan,
organisasi harus memiliki keseimbangan dari ketiga elemen kuci tersebut. Ketiga
elemen kunci tersebut juga membantu kita menilai kembali (reassessment)
kepercayaan kita terhadap orang lain. Sehingga membangun kepercayaan dimulai
dengan menciptakan nilai bersama (shared values) berdasarkan budaya.
Memelihara kepercayaan membutuhkan komitmen dalam membangun hubungan
interpersonal berlandaskan kejujuran, integritas dan perhatian yang tulus
terhadap orang lain.
No comments:
Post a Comment