A.
ASSESMEN
1.
Keberhasilan yang dirasakan
a.
Proses
Ø Melalui asesmen pekerja sosial bisa mengidentifikasi masalah yang
sebenarnya dan bisa menentukan kebutuhan anak sesuai dengan permasalahan.
Ø Melalui informasi yang akurat dan komprehensif bisa disusun rencana
intervensi yang akurat pula
b.
Teknik yang digunakan
Ø Pendekatan Ke Dinas Sosial
Pendekatan melalui Dinas Sosial dirasa berhasil sebagai
pendekatan dalam melakukan asesmen karena infromasi yang diberikan Dinsos dirasa akurat
sehingga tidak sullit dalam menentukan target sasaran. Dinas Sosial juga memberikan
informasi tentang anak dan lembaga
Ø Menggunakan questioner yang terstandar
Asesemen
menggunakan questioner yang sediakan Oleh Dinas Sosial yang diadop dari
questioner yang dikembangkan oleh Save The Children. Questioner tersebut telah
tersandar. Teknik ini dianggap berhasil karena terarah, tidak meluas ke
mana-mana dan memudahkan bagi peksos untuk mendeskripsikan masalah anak dan
keluarga.
Ø Pemanfaatn Tenaga Kesejahteraan Sosial Anak (TKSA)
Peksos merasa terkendala dalam bahasa lokal, ternyata
TKSA cukup membantu dalam menterjemahkan bahasa lokal ke bahasa Indonesia,
sehingga memudahkan dalam melakukan asesmen.
Ø Pendekatan pada anak
Pendekatan individual pada anak bertujuan untuk menjalin
hubungan antara pekerja sosial dengan anak, untuk membangun kepercayaan,
mengambil hati anak, sehingga mudah
untuk mendapatkan informasi.
Ø Home visit
Kunjungan rumah secara intensif untuk melakukan
wawancara pada anak dan keluarganya.Teknik ini ini dirasa berhasil karena bisa
menjalin kedekatan antara anak dengan keluarga dan peksos.
Ø Observasi
Teknik ini memberikan informasi untuk memperkuat data
yang sudah diperoleh melalui wawancara dan diskusi.
Ø FGD
FGD dilakkan
untuk memperoleh perspektif masalah dari
berbagai pihak. FGD dilakuakn antar anak dan antar staf lembaga. Antar anak
dilakukan untuk memperoleh prpsektif permaslahan dari anak dan antar staf lembaga diperoleh
gambaran masalah dari perspektig staf lembaga.
2.
Kegagalan yang dialami
a.
Tidak mendapat ijin asesmen
lanjutan dari pihak keluarga
Peksos sudah asesmen sudah merasa berhasil mendapatkan informasi,
tetapi ternyata keluarga tidak memperkenankan untuk mendampingi anaknya.
b.
Guru tidak memperkenalkan
bertemu anak
Sudah berhasil mendapatkan infmarasi dari guru, tetapi
ternyata guru tidak mmeperkanakan peksos bertemu anak.
c.
Orang tua tidak mau berubah
Sudah berhasil di
ases, sudah ditemukan masalahnya, tetapi ternyata tidak berhasil ditangani
karena anak masih bersama orang tuanya dan orang tuanya tidak mau berubah.
d.
Tidak mau berubah
Informasi dari ayah dan ibu berbeda, datang berkali-kali
berbeda, perlu waktu untuk mendapatkan informasi yang akurat.
e.
Pengalaman peksos yang terbatas
Hubungan dengan kepala panti, pendekatan secara personal
dirasa berhasil, tetapi setelah berkaitan dengan rencana penagnanan gagal,
karena dia termasuk orang one man show.
Kegagalan karena peksos
tidak bisa meyakinkan pinpinan terkait dengan pengalaman yang masih terbatas.
f. Pengetahaun peksos tentang kecatatan masih terbatas, sehingga salah
dalam melakukan analisis dan tidak tepat dalam
melakukkan reveral.
g.
FGD antar anak dan FGD antar
staf lembaga tidak bisa meyakinkan kepala panti, sehingga dilakkukan asesmen
lanjutan ke klg dan pihak sekolah.
3.
Capaian yang diperoleh
a.
Memperoleh informasi yang
akurat tentang lebutuhan dan masalah, kekuatan, kelemahan, dan tanggapan dari
pihak lain sebagai dasar dalam menyusun rencana intervensi.
b.
Berdasarkan asesemn yang akurat
bisa mengetahui tindakan yang akan dilaksanakan.
Bisa mendekatkan hubungan pribadi dengan anak dan
keluarganya, sehingga hubungan menjadi dekat dan terbuka. menambah pengalaman
dan pengetahuan tentang masalah dan tenik yang tepat dalam asesemen.
c.
Memunculkan rasa empati dan
simpati pada klien, dan bisa menimbulkan keberpihakan.
d.
Bisa mengetahui keluh kesah
anak dan keinginan anak.
B.
INTERVENSI
1.
Keberhasilan yang dirasakan
a.
Menggunakan system peer support
: orang tua dikumpulkan dalam FGD untuk sharing pengalaman dalam mengatasi
permasalahan disbilitas yang sama.
b.
Menggunakan disbilitas sebagai
nara sumber dalam memberikan pepunatan kepada orang tua.
c.
Menyediakan diri peksos sebagai
tempat curhat sehingga anak bisa mengungkapkan perasaanya.
d.
Mengoptimalkan potensi klien,
melibatkan lomba, dan mendapakan juara.
Merubah mind set orang tua tentang pemanfaatn potensi anak, tidak untuk
mengemis, meliankan untuk dikembangkan secara positif kea rah prestasi.
e.
Family teraphy ; Memberi
pemahaman pada orang tua tentanng hak anak, dan orang tua berhasil menarik anak
dari jalanan.
f.
Melakukan pendampingan terhadap
selama selama 24 jam.
2.
Kegagalan yang dialami
a.
Kelamahan peksos karena
pennga;aman dan pengatahuan yang terbatas.
b.
Tingkat kepercayaan klien pada
peksos yang meragukan intervensi yang dilakukan, karena peksos belum
berkeluarga.
c.
Pencairan dana yang maunya
labih antara pendapatan dari mengemis dengan bantuan dari PKSA.
d.
Belum berhasil mempengaruhi kepala
panti dalam memperlakukan anak tidak dengan keras, terdapat 4 orang anak yang
diusir dari panti karena ketahuan pacaran.
3.
Capaian yang diperoleh
a.
Mengubah perilaku anak dari
sering bolos menjadi rajin sekolah
b.
Mengubah perilaku orang tua
dari yang tadinya tidak mau menyekolahkan di SLB, sekarang mnejadi bersedia
c.
Telah mengembangkan pola hidup
bersih pada anak misalnya kebiasaan menggosok gigi, toilet training,
membersihkan ruang kamar dan lingkungannya.
d.
Telah membangun kesadaran orang
tua dalam memperlakukan anak disabilitas secara tepat, maupun anak dengan
HIV/AID
e.
Telah berhasil mengurangi
aktivitas anak jalanan dari 5 ke 3 jam.
f.
Telah berhasil mereunifikasi
anak dengan keluarganya
C.
PENGEMBANGAN JARINGAN
1.
Keberhasilan yang dirasakan
a.
Melakukan loby-loby dengan
perusahaan dan pemerintah pemerintah kota termasuk Dians Sosial Kota dan
kabupaten dan LSM lokal dan internasional.
b.
Melakukan audiensi kepada
beberapa pihak seperti Dinas Kesehatan, Komnas Ham, Disdukcapil, dan
P{engadilan, dan pihak keluarhan untuk memperileh dukungan.
c.
Melakukan rujuka sesuai dengan
permasalahan dan kebutuhan akan pelayanan anak.
d.
Melakukan kerja sama dengnan
peksos medis di rumah sakit Sarjito.
e.
Sosiliasasi program PKSA di
RRI, dalam sebulan memiliki jam siar 2 kali 1 jam.
f.
Memanfaatkan jasa psikolog
dalam melakukan tes IQ anak
g.
Bekerja sama dengan Perguruan
Tinggi
h.
Bekerja sama dengan Yakum untuk
mendapatkan alat bantuan kecatatan, pengobatan, dan terapi gratis dengan datang
ke rumah klien.
2.
Kegagalan yang dialami
a.
Di tolak Dukcapil karena
pemberjasan yang tidak lengkap
b.
Dukcapil menghilangkan berkas
yang sudah lengkap dan akan diproses
c.
Adanya arogansi instansi antara
Dinas Pendidikan dengan Dinas Sosial, sehingga tidak bisa disinergiskan.
d.
Kurangnya media sosiliasasi
tentang PKSA, sehingga ketika akan mengembangkan jaringan banyak pihak yang
tidak mempercayai pekerja sosial.
3.
Capaian yang diperoleh
a.
Kota banda Aceh telah
mengadopsi PKSA melalui bantuan APBD dengan jumlah bantuan sebesar
Rp.2.500.000,- perorang melalui rekening anak.
b.
CSR dari BTN
c.
Alat bantuan dari handy cap
International dan Dinas Sosial provinsi
d.
MoU antara yayasan Panti
Darusaadah dengan GIC dalam mendatangkan Guru untuk Vrivat Bahasa Inggris dan
Matematika.
e.
Melibatkan seluruh LKSA yang
member perhatian terjadap isu anak dalam memperingati hari anak, hari
Disabilitas International, dalam kegiatan-kegiatan di kampus terkait dengan
pengembangan kreativitas anak.
f.
Sedang dalam proses
pengembangan RBM (Penanganan Disabilitas Berbasis masyarakat)
g.
Pengumpulan data base
penyandang disabilitas seluruh Aceh dalam rangka audiensi denngan gubernur
terkait dengan perencanaan Aceh ramah disabilitas.
h.
Akte kelahiran gratis di
Pengadilan Negeri Kediri Jawa Timur terhadap 3 orang anak dampingan PKSA.
i.
Memperoleh perlakuan khusus
dari Dukcapil terkait dengan proses pembuatan akte kelahiran bagi dampingan
PKSA di Kota Bengkulu.
Jakarta, 17 April 2013
Technical Assistant
Tuti kartika, Ph. D
No comments:
Post a Comment